Prihatin FKPMR Soroti 5 Peristiwa tak Patut di Riau

Prihatin FKPMR Soroti 5 Peristiwa tak Patut di Riau

PEKANBARU-Provinsi Riau sebagai Tanah Tumpah Darah Melayu, “Riau The Home Land of Melayu”, dalam beberapa hari dan beberapa pekan terakhir ini gundah gulana akibat beberapa peristiwa yang memalukan dan mencoreng Marwah Melayu. Peristiwa-peristiwa yang tak patut itu dilakukan oleh orang patut-patut. Beritanya tersebar di berbagai media, bahkan viral secara nasional dan mancanegara, dan tentu saja membuat masyarakat Riau kehilangan muka.

Pertama, OTT Bupati Kepulauan Meranti, Muhammad Adil dan beberapa orang stafnya yang dilakukan oleh KPK, dalam dugaan korupsi berjamaah. Kedua, perilaku hedon istri dan anak Sekda Provinsi Riau, SF Haryanto, yang kemudian menjadi bulan-bulanan kalangan netizen. Sekda Provinsi Riau SF Haryanto beserta keluarganya telah diperiksa KPK untuk klarifikasi. SF Haryanto juga telah beberapa kali memberi bantahan di berbagai media, tapi masyarakat pada umumnya sudah terlanjur skeptis. Ketiga, dugaan penipuan yang dilakukan oleh Bupati Afrizal Sintong dengan istrinya dalam kasus proyek, yang diberitakan di berbagai media dan telah memasuki ranah penyidikan. Keempat, rubuhnya proyek pembangunan payung elektronik di halaman Masjid Raya Annur yang bernilai puluhan milyar. Payung ini baru pada tahap uji coba. Padahal payung elektronik ini pada awalnya digadang-gadang sebagai kebanggaan Riau. Spek dan pengerjaannya dinilai kurang professional dan oleh karenanya mendapat tanggapan miring dari masyarakat. Kelima, Tereksposnya di ruang publik ketidakpuasan Wagub Edy Natar Nasution, atas pemotongan sumbangan Safari Ramadhan Wagub (yang menurut Wagub dipotong langsung oleh Gubernur Syamsuar), sehingga Wagub memutuskan menghentikan Safari Ramadhannya.

FKPMR sangat prihatin dan sangat menyayangkan kejadian-kejadian tersebut, karena tidak sepatutnya terjadi di Provinsi Riau sebagai negeri Melayu yang sangat menjujung tinggi nilai-nilai budaya Melayu, antara lain disebut dalam butir-butir nilai-nilai budaya Melayu adatnya bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah, pedoman masyarakat Melayu dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Demikian disampaikan Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) Dr. drh. H. Chadir, MM, Sabtu (8/4/23). Menurutnya, dalam nilai-nilai tersebut tercermin nilai-nilai integritas, keramah-tamahan, saling menghargai, keterbukaan, dan sopan santun. Berlandaskan nilai-nilai tersebut orang Melayu dikenal memiliki sifat jujur, taat, setia, ikhlas, terbuka dan bersih hati. Semangat ini terbukti dapat mengakomodasi perbedaan dalam masyarakat yang berbilang kaum.

"Nilai luhur tunjuk ajar Melayu mengutamakan persatuan dan kesatuan, menjunjung tinggi kegotongroyongan, dan menegakkan tenggang rasa di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tenggang rasa adalah toleransi. Orang Melayu sangat menghormati, menjunjung tinggi dan memuliakan musyawarah dan mufakat dalam kehidupan sehari-hari. Apapun bentuk rancangan, pekerjaan, atau masalah, baik bersifat pribadi, keluarga atau umum/organisasi harus dimusyawarahkan, setidak-tidaknya dalam lingkungan terbatas. “Tegak adat karena mufakat, tegak tuah karena musyawarah. Di dalam musyawarah, buruk baiknya akan terdedah, di dalam mufakat, berat ringan sama diangkat”. “Tidak ada kusut yang tak bisa diungkai, tak ada keruh yang tak bisa dijernihkan” terangnya.

Orang tua-tua tambahnya, mengingatkan agar musyawarah dilakukan secara terbuka, jujur, dan bebas mengeluarkan pendapat, tidak ada paksaan dan tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan, duduk sama rendah tegak sama tinggi, menghormati pendapat dan pikiran orang lain, menjunjung keadilan dan kebenaran, menjauhkan sak wasangka, mendahulukan kepentingan umum, tidak mementingkan diri atau kelompok tertentu, tidak pilih kasih, dsb. pucuk putat warnanya merah bila dikirai terbang melayang duduk mufakat mengandung tuah sengketa usai dendam pun hilang.

"Dalam penegakan hukum, tunjuk ajar Melayu memuat nilai-nilai yang menjunjung keutamaan dan kemuliaan keadilan dan kebenaran. Keadilan dan kebenaran adalah kunci utama dalam menegakkan tuah dan marwah, mengangkat harkat dan martabat, serta mendirikan daulat dan kewibawaan. Keadilan dan kebenaran tidak dapat ditawar-tawar. Untuk itu FKPMR, dengan berdasarkan nilai-nilai Budaya Melayu yang jadi pedoman masyarakat Riau, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini menyampaikan, FKPMR menghimbau kepada seluruh pemimpin (Kepala Daerah dan Para Pejabat Birokrasi, Anggota Legislatif) di daerah ini yang diberi amanah sebagai pemimpin di semua level, agar menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Melayu (Kepemimpinan Melayu Riau) yang mengedepankan integritas, keteladanan, saling menghormati, menjaga sopan-santun, terbuka dan bersih hati. Menjunjung tinggi budaya tenggang rasa dan toleransi. Menghimbau Para Pejabat dan Keluarga Pejabat untuk tidak berbuat dan mempertontonkan gaya hidup mewah (hedonisme), senantiasa berempati dengan penderitaan ekonomi rakyat. Menghimbau masyarakat untuk menahan diri dan tidak terprovokasi oleh pemberitaan yang bisa menimbulkan benih-benih perpecahan, senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan. Menjunjung tinggi dan memuliakan musyawarah dan mufakat dalam kehidupan sehari-hari, dan segera menyelesaikan semua perbedaan pandangan dan pendapat dalam masyarakat. Menjunjung supremasi hukum dan menjunjung tinggi keutamaan dan kemuliaan keadilan dan kebenaran. Mari kita jadikan momentum tarbiyah Ramadhan untuk introspeksi dan evaluasi, berhijrah memperbaiki diri menjadi diri yang tawadu’, memperkuat solidaritas sosial, manjadi insan muttaqin," pungkasnya.*

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index