PEKANBARU -- Pengusaha kelapa sawit diminta terus produktif dan tidak termakan kampanye hitam tentang sawit yang hingga saat ini masih terus disuarakan dari berbagai pihak, khususnya dari luar negeri.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Lichwan Hartono mengatakan, sebisa mungkin, produksi sawit terus ditingkatkan, karena hal tersebut tidak hanya akan menguntungkan bagi petani dan pengusaha sawit, tapi juga mempertahankan devisa negara yang cukup tinggi dari sektor perkebunan kelapa sawit.
Hal ini disampaikan Lichwan dalam momen perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) GAPKI ke 42, yang dilaksanakan di Grand Jatra Hotel Pekanbaru, Senin (27/2/2023), yang juga dihadiri oleh pengurus GAPKI pusat, yakni Sekjen GAPKI, Eddy Martono.
Diusia ke 42 tersebut, Lichwan berharap agar anggota GAPKI semakin kompak, dan terus membesarkan organisasi, sehingga akan berdampak kepada kesejahteraan pekerja dan perusahaan.
"Semoga kita semakin kompak. Terus membesarkan organisasi. Jangan berpikir apa yang diberikan organisasi kepada kita, tapi kita harus memikirkan apa yang bisa kita berikan untuk organisasi," kata Lichwan.
Sementara itu, Eddy Martono mengatakan, usia 42 merupakan usia yang sudah matang. Apalagi nama GAPKI tidak hanya sudah dikenal secara nasional tapi juga di internasional.
"Tapi seiring itu semua, tantangan juga semakin berat kita hadapi. Salah satunya kampanye negatif yang tak pernah usai. Itu semua harus kita telan, tapi bukan berarti kita remehkan," ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini produksi sawit secara nasional tengah stagnan, bahkan memiliki kecenderungan menurun dari biasanya.
"Kalau terus menurun, maka akan berdampak ke devisa negara. Tidak hanya itu, progran Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) juga akan terdampak, dan berbagai persoalan lainnya yang akan muncul," tuturnya.
Oleh karena itu, dikatakannya harus ada solusi untuk terus berjuang meningkatkan produksi sawit secara berkelanjutan, dan semua pihak mesti terlibat secara langsung, termasuk pihak pemerintah.
"Kita harus mencari solusi, bagaimana mengatasi persoalan ini bersama dengan pemerintah. Jangan sampai semakin banyaknya masalah, selanjutnya prusahaan akan enggan dan malas, maka produksi akan semakin merosot, banyak yang akan terimbas," pungkasnya. (Lin)