Nusantara

Gapki Optimis Sawit Tetap Issu Seksi Dongkrak Perekonomian Riau

PEKANBARU - Riau merupakan barometer Sawit Indonesia, tak heran banyak yang mempertanyakan "Sawit Riau Dibawa Kemana". Kendati demikian, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Riau menyebutkan optimis sawit tetap issu seksi yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat Riau.

Lichwan Hartono, selaku ketua Gapki Cabang Riau kepada wartawan di sela sela pelantikan BEM UNRI, Senin (20/02/23) mengatakan, Issu Sawit selalu seksi dibicarakan, banyak issu negatif yang ditonjolkan meski juga tak bisa dipungkiri sawit juga banyak memberikan dampak posisif terutama perekonomian masyarakat Riau khususnya.

"Berbagai tantangan kita lewati untuk bisa menjadikan sawit ini hadir sebagai komoditi andalan yang bisa menghasilkan devisa negara. Namun demikian, kendala kendala juga terus bermunculan dan kampanye hitam juga terus dikumandangkan, akan tetapi kita bersyukur Sawit masih diterima dan CPO kita tetap diminati bebera negara," jelasnya.

Lanjut Hartono, ada beberapa issu dan permasalahan kelapa sawit di Indonesia diantaranya, tuntutan pasar global. Tuntutan tersebut diantaranya, skema sertifikasi (RSPO, ISCC, HCV dan HCS serta lain sebagainya.

Selain itu kata Hartono, ada juga kampanye negatif menyerang sawit dan perang dagang minyak nabati dunia. Issu lainya juga seperti regulasi nasional yang saat ini kadang berubah ubah. Diantaranya lanjut Hartono, banyak aturan yang tumbang tindih , status kebun dalam kawasan hutan, perda memberatkan bersifat pungutan atau restribusi dan perizinan yang terlalu banyak dan hambatan export (DMO, migor dan lain sebagainya) serta terakhir issu kesehatan yang terus di enduskan.

Disamping issu di atas, kata Hartono issu yang tak kalah menggangu yakni, issu lingkungan, dimana deforestasi, perusak lingkungan dan biodiversity. Perubahan iklim, pemenasan global serta kerusakan  dan kebakaran hutan sering menjadi ancaman sehingga perusahaan sangat berhati hati dalam hal ini.

"Banyak issu yang dihadapi oleh perusahaan sawit yang semua itu kita tepis dan hindari jangan sampai terjadi diantaranya implementasi best managament practices (BMP) dimana terkadang bibit tidak berkualitas atau produktivitas rendah, teknik budidaya yang tidak memadai di pekebun serta water management  kebun dalam kawasan gambut. Belum lagi ada issu sosial pekerja seperti kesejahteraan pekerja dan upah, pekerja anak, kerja paksa, gender,  dan pelecehan seksual serta  kesulitan penyedian tenaga kerja kebun yang pandai pandai kita sikapi," papar Hartono panjang lebar.

Namun begitu kata Hartono, untuk menyikapi issu tersebut, Gapki terus menunjukan perannya sebagai organisasi perkebunan sawit, Gapki saat ini mengambil peran dalam mengkampayekan  baik kelapa sawit ke dalam dan luar negeri bersama stoke holder sawit Indonesia. Begitu juga, Gapki berperan dalam patnership  dengan PASPI dan asosisasi kelapa sawit  dalam berbagai aspek serts  mengirim tim  untuk berdiplomasi ke pemerintah /buyer luar negeri terkait issu negatif sawit.

"Gapki juga berperan dalam negosiasi dengan pemerintah untuk pembatalan regulasi penghambat sawit, pengembangan riset  kelapa sawit oleh anggota Gapki dan penyedian bibit unggul serta menggalakan sosialisasi ke perusahaan dan pekebun atau masyarakat prihal implementasi  BMP Kebun dan edukasi dini ke pelajar, sekolah, universitas perihal sawit," tegasnya. (lin)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar