Humaniora

Bangga Menjadi Petani: Anton, Beternak Ayam dan Bebek Sebagai Solusi Ekonomi Alternatif

Ketika pertama kali pindah dari Rembang, Jawa Tengah, Anton Suhartono yang berusia 10 tahun pada saat itu tidak pernah berpikir bahwa ia akan menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dan menjadi petani sukses seperti sekarang.

Di tahun 1988, ayahnya bergabung menjadi bagian dari program Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans). Ketika itu, ayahnya mengajak keluarga mereka untuk hijrah ke Riau dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian, karena profesi sebelumnya sebagai buruh tani dirasa kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Sesampainya di Riau, ayahnya kemudian mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Asian Agri dan menjadi bagian dari petani mitra perusahaan.


 
Berkat menjadi petani sawit mitra Asian Agri, ayah Anton telah berhasil menyekolahkan ketiga anaknya hingga pendidikan tinggi. “Saya sekolah hingga tingkat S2 dan mengambil kelas bisnis di Singapura. Sementara itu, adik kedua saya juga sekolah hingga S2, sedangkan adik terakhir saya kini sudah S3 dan menjadi konsultan hukum,” cerita Anton dengan bangga.

Melihat keberhasilan ayahnya, Anton pun terinspirasi ingin menjadi petani sukses seperti sang ayah. Sejak tahun 2005 lalu, Anton sudah menabung sedikit demi sedikit untuk mengembangkan kebun ayahnya, hingga akhirnya, pada tahun 2014 lalu, Anton pun secara penuh mengelola kebun sawit milik ayahnya.

“Sebagai petani sawit yang sukses, ayah adalah inspirasi saya. Saya pun termotivasi untuk menjadi seperti beliau yang bekerja dan berusaha sendiri hingga sukses,” tambah Anton.

Anton menjelaskan bahwa, “Setelah aktif mengelola kebun, dirinya banyak mendapatkan pelatihan dan bimbingan dari Asian Agri, khususnya pada masa peremajaan kebun atau replanting.

“Salah satu pengalaman yang paling mengesankan adalah ketika saya mendapat kesempatan untuk melakukan studi banding ke Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk belajar mengenai Ilmu Mikrobiologi,” kenangnya.

Mengaplikasikan ilmu yang ia pelajari dari bimbingan Asian Agri, Anton membuka usaha ternak ayam dan bebek sebagai pendapatan tambahan atau ekonomi alternatif untuk menghadapi masa peremajaan sawit.

Menurutnya, ternak ayam dan bebek adalah jenis usaha yang tepat karena cepat menghasilkan, ada target pasar yang luas serta mudah dijangkau.
 
“Ternak ayam dan bebek sangat cocok untuk ekonomi alternatif karena perolehan pendapatan yang konsisten. Setiap harinya, ternak ayam yang saya kelola mampu menghasilkan 100 butir telur. Kemudian, penghasilan tersebut saya gunakan kembali untuk pengelolaan bisnis baik untuk membeli pakan maupun penggemukkan. Jadi, jenis usaha ini sangat meminimalisir pengeluaran dari modal pribadi,” kata Anton.

Lebih lanjut, ia juga menambahkan bahwa pengelolaan ternak ayam dan bebek sangatlah mudah karena dia menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam memproduksi pakan ternaknya. “Tidak perlu repot memikirkan pakan ternak karena saya memproduksi sendiri dengan mengelola dan memfermentasi limbah kebun sawit atau limbah rumah tangga saya,” Anton menerangkan.

Dalam memasarkan hasil ternaknya  Anton lebih mengandalkan media sosial dibanding media offline karena kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan.

“Memanfaatkan media sosial, kini konsumen yang mendatangi saya, bukan saya lagi yang mendatangi mereka. Saya hanya perlu mengunggah produk saya di Facebook ataupun Whatsapp, Kemudian pesanan akan langsung berdatangan dengan cepat,” ungkap Anton.

Terlebih di masa pandemi ini, Anton mengaku hampir menjual semua produknya melalui online karena lebih aman. “Kini tidak perlu keluar rumah untuk berjualan”, tambah Anton sambil tersenyum.
 
Tidak hanya fokus pada usaha ternaknya sendiri, Anton yang juga Sekretaris KUD Sawit Subur ini juga menjadi pelatih atau trainer ekonomi alternatif untuk petani mitra Asian Agri lainnya. Sehari-harinya, Anton turut membantu dan membimbing petani lainnya baik dalam mengelola ternak, hingga memasarkan produk di media online.

Tak hanya itu, Anton juga aktif mengembangkan dan memperbesar usaha ternaknya bersama teman-teman petani mitra lainnya.

“Berkat program Asian Agri yang saya ikuti, sekarang saya tidak hanya berkebun sawit tetapi juga dapat mengembangkan usaha alternatif yang menguntungkan dan dapat berbagi ilmu ke petani mitra lain,” ujar Anton.

Anton bercerita bahwa menjadi petani sawit adalah kesuksesan terbesar yang pernah ia capai dalam hidupnya. Oleh karena itu, Anton ingin meneruskan kesuksesan ini untuk ketiga anaknya.
“Saat ini, saya sedang mempersiapkan perkebunan sawit untuk dikelola anak-anak saya di masa depan. Saya berharap mereka dapat meraih kesuksesan yang lebih tinggi dibandingkan saya,” ujar Anton. (lin)

 

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar