Politik

Ketua GAPKI Riau : Kesejahteraan Rakyat Akan Hapus Kampanye Negatif Sawit

Delegasi Pemerintah Indonesia dan GAPKI Pusat melakukan kunjungan ke berbagai negara. Tujuannya selain menjajagi pasar, juga untuk melakukan diplomasi. Sebab kampanye buruk terhadap kelapa sawit masih banyak terjadi di berbagai negara, utamanya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Langkah itu berbuah manis. Sebab selain mendapatkan pasar baru bagi produk sawit dan turunannya, juga banyak kalangan yang merasa ‘dicerahkan’. Sebab bagi sebagian mereka, sosok kelapa sawit yang digmbarkan delegasi Indonesia itu amat berbeda dari yang selama ini mereka dengar. Dan ini yang membuat beberapa kalangan di Eropa itu mulai percaya, bahwa kelapa sawit memang rasional, bukan irasional seperti yang sering diungkapkan LSM anti sawit. Dari respons di berbagai forum yang digelar di Eropa dan Amerika Serikat itu (Forum PBB dan Forum Paris) terkuak, bahwa mereka sebenarnya sudah tidak yakin dengan kelapa sawit yang digambarkan begitu ‘seram’. Namun karena itu yang selalu digembar-gemborkan LSM anti sawit, maka mereka pun akhirnya mengakui, dengan terpaksa harus mempercayai cerita sawit dari LSM itu. Langkah Pemerintah Indonesia dan GAPKI Pusat memang sangat strategis. Memberi informasi beda di tengah masyarakat yang sudah tergeneralisasi sebagai ‘negara anti sawit’. Ini merupakan perimbangan yang lambat tapi pasti akan terjadi dialektika pemahaman. Terus bagaimana dengan kampanye hitam terhadap sawit di dalam negeri? SawitPlus.com mengajak Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Saut Parlaungan Sihombing untuk mendiskusikan itu. Ditemani Wakil Ketuanya, Suharto, Saut berbicara tentang serangan dan hambatan itu sekaligus langkah organisasinya yang memayungi pengusaha kelapa sawit itu. Inilah cuplikannya. Sawitplus.com : Pemerintah dan GAPKI Pusat terus melakukan diplomasi ke berbagai negara. Malah melakukan itu di forum PBB untuk menerangkan soal sawit yang terus dikampanyekan negatif. Bagaimana dengan kondisi di dalam negeri, utamanya di Riau ini. Ketua GAPKI : Itu memang langkah yang positif, tapi untuk sementara ini belum berpengaruh. Kampanye hitam yang menjelek-jelekkan kelapa sawit masih dilakukan berbagai pihak. Malah untuk tahun-tahun terakhir, ketika berbagai negara di dunia semakin meningkatkan impor minyak nabati dari sawit Indonesia, kampanye buruk terhadap sawit itu terasa kian menjadi-jadi. Itu tidak hanya berlangsung di luar negeri, tetapi juga di dalam negeri. Dengan mengemas isu lingkungan, HAM, mempekerjakan anak-anak, serta soal gambut, maka rasanya terlalu banyak persoalan yang harus dihadapi sawit. Padahal muara dari persoalan ini sebenarnya kan sederhana, yaitu persaingan dagang. Sawitplus.com : Apa embrio dari kampanye negatif yang ada di luar negeri dan dalam negeri terhadap sawit itu memang sudah ada sejak dulu? Ketua GAPKI : Tidak ada. Dulu sawit tidak diserang. Malah sawit dijadikan sebagai solusi, sebagai percontohan untuk mengatasi kerusakan hutan akibat pembabatan liar. Di era Orde Baru itu, di zaman Soeharto, transmigran dikirim ke daerah-daerah itu. Mereka ditempatkan di hutan-hutan, dan demi hidup, mereka mengolah tanah dan bercocok-tanam. Di hutan itu tidak terhitung korban yang jatuh. Dengan semangat untuk perbaikan hidup, para transmigran itu mengorbankan segalanya. Mengatasi ganasnya hutan, melawan binatang buas yang ada di hutan itu, hingga puluhan tahun kemudian taraf hidup mereka bisa membaik. Ketika kehidupan para petani ini sudah membaik, justru serangan terhadap mereka, yang rata-rata bertanam sawit itu mulai datang. Serangan itu tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar. Melalui LSM yang terbanyak didanai asing, kehidupan mereka terus direcoki. Segala yang mereka lakukan selalu dipersoalkan. Juga lingkungan yang mereka tempati. Sawitplus.com : Bagaimana para petani sawit itu bertahan untuk melawan mereka? Adakah yang dilakukan mereka tidak se-masif sekarang? Ketua GAPKI : Nah, secara konstruktif, beruntung, pospek sawit yang cerah menyebabkan tidak hanya petani pekebun yang tertarik untuk melakukan investasi di sawit. Tapi perusahaan besar juga masuk dalam bisnis kebun ini. Petani sawit akhirnya tidak sendirian menghadapi gempuran-gempuran dari luar dan dalam negeri itu. Sawitplus : Tadi disebut serangan dari LSM itu semakin menjadi-jadi? Ketua GAPKI : Ya, serangan gencar terhadap sawit itu mulai ngetren empat tahun lalu. Yang paling gencar dilakukan pada satu tahun terakhir ini sangat luar biasa. Sawitplus : Reaksi GAPKI? Ketua GAPKI : Menghadapi serangan-serangan ini,  GAPKI tidak reaktif. GAPKI ‘membiarkan’ tudingan buruk itu, dan hanya ingin melihat hasilnya kelak. Sebab kami yakin, kesejahteraan yang ada di rakyat pekebun sawit secara otomatis akan menangkal isu-isu miring itu dengan sendirinya. Lihat kemakmuran rakyat di desa-desa yang ada di Provinsi Riau ini. Desa-desa itu fasilitas jalannya bagus. Dan dalam waktu singkat telah bediri kota-kota baru yang berkembang pesat, yang multiple effecknya, daerah yang dulu sepi tak ada aktifitas, kini berkembang ramai. Tak ada yang bisa memungkiri, bahwa semua itu berkat sawit. Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman juga mengakui itu, bahwa rakyat Riau sejahtera berkat sawit, bukan karena Migas. Dan fakta ini ditopang kebenaran data dari Bank Indonesia, serta pakar ekonomi di Riau. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar