Oleh
Santha Buana Kacaribu
Ketua DPW APKASINDO Riau
CORONA melanda wuhan berkisar antara bulan Februari 2020, dan masuk ke Indonesia di bulan Maret 2020. Pada bulan pertengahan Maret harga CPO meningkat tajam dari penurunan yang signifikan di akhir Januari sampai Maret pertengahan 2020.
Kenaikan harga CPO tersebut didukung akibat Negara Malaysia dalam posisi lock down , hal tersebut menguntungkan CPO Indonesia yang diikuti harga dolar yang menguat dan sebagian besar Negara importir belum melakukan lock down.
Pada saat pemerintah menyatakan adanya peningkatan pasien penderita covis19 di Indonesia dan akan dilakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) maka perubahan iklim ekonomi di Indonesia pasti akan berubah total, baik dilihat dari skala ekonomi Mikro dan Makro (dalam negeri dan luar negeri).
Hal ini dapat kita lihat dari penurunan daya beli masyarakat.
Apakah harga Sawit akan berimbas???
Khawatirkan terbesar adalah Covid 19 efek terganggunya demand and supplyed khususnya CPO akan mengalami penurunan permintaan.
Hal ini Disebabkan karena Negara importir, seperti India, Pakistan, China dan juga termasuk Eropa, mengurangi pembelian karena dalam posisi lock down.
Kondisi inilah yang bisa mengakibatkan over stok pada bulking station dan jika kondisi ini belangsung lama, bisa kemungkinan akan juga mengakibatkan penumpukan CPO di tanki tanki pabrik seperti kejadian di tahun 2015.
Produksi jalan terus tetapi pengiriman CPO melambat Dan inilah yang menyebabkan harga TBS akan terus tertekan sampai kondisi stabil lagi.
Covid19 efek memang tidak berdampak pada tenaga kerja kebun kelapa sawit di kebun swadaya kecil dan menengah secara langsung, tetapi dengan kondisi terus tertekannya harga TBS pasti juga akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja karena tidak sebanding lagi harga jual dengan harga produksi.
Inilah yang menjadi ke khawatiran petani pada saat harga terus menerus tertekan di tambah lagi isu pabrik tidak menerima TBS lagi, karena kekhawatiran harga yang terus anjlok dan isu isu petani memaksa hasil produksinya sehingga terjadi penurunan kualitas TBS.
Ini jugalah menyebabkan perhitungan Harga TBS tidak sesuai dengan alasan pabrik tidak dapat minyak dan biaya oprasional tinggi.
Dengan keadaan ini baiknya kita petani sawit harus mengambil langkah yang bijak dalam memanagement kebun, harga TBS di tentukan oleh kualitas TBS yang dihasilkan, harga CPO memang mengalami penurunan tetapi dengan menghasilkan kualitas yang baik harga kita tetap terkontrol.
Jangan biarkan PKS mengambil kesempatan mengintimidasi kualitas buah kita . Karena setiap perubahan positif akan berdampak positif juga.
Jangan biarkan kondisi 2015 terjadi lagi. Dan kita berharap pemerintah lebih meningkatkan produksi B30 biar pun minyak dunia juga mengalami penurunan, mari kita berdoa bersama sama agar musibah covid19 ini agar cepat berlalu.*