Catatan Hari ke-42:

SEMAKIN BERBAHAGIALAH DI DALAM RUMAH

Oleh:
Tofan Mahdi
(wartawan senior/ praktisi komunikasi)

Apa hikmah berada di rumah saja selama hampir enam pekan ini buat teman-teman semua? Bosankah? Atau semakin bahagia? Semoga teman-teman merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Banyak hal yang bisa kita renungi. Betapa hidup manusia itu rentan, tak berdaya, tak punya kuasa bahkan terhadap diri kita sendiri. Kehidupan yang nisbi. Mobil dan motor yang biasanya  kita bawa ke sana kemari, kini hanya bisa kita panasi di garasi. Sepatu-sepatu yang biasanya kita pakai, kini mulai kusut dan berdebu, teronggok di dalam rak. Tak memberikan makna apa-apa kepada kita saat berada hanya di dalam rumah. Tas-tas yang tersimpan di lemari, tak pernah terpakai dan tak ditengok lagi. Puluhan jam tangan, mungkin sekarang sudah banyak yang mati. Semua hanya tersimpan tanpa makna. Pun pakaian, kita hanya perlu kaos dan celana yang nyaman saja. Tidak perlu jas, batik lengan panjang, baju-baju bermerek, busana emak-emak yang elegan dan bergaya, semua tidak perlu kita pakai di dalam rumah. Kita hanya perlu dua atau tiga pasang baju dan sepasang sandal untuk mengisi hari-hari kita saat ini. Dan kita tetap hidup sampai hari ini.

Kita menjadi sosok yang berbeda dengan kita sebelum 42 hari yang lalu. Bangun tidur bertemu istri yang cantik (suami yang ganteng) dan anak-anak kita yang lucu (bagi saya tetap lucu sih meski sudah berusia kepala dua dan ABG). Tak ada lagi pertemuan-pertemuan sophisticated dengan “orang-orang penting” di hotel berbintang lima, di bulan Ramadhan tak ada lagi buka puasa bersama yang harga paket buffet-nya per porsi bisa lebih setengah juta rupiah, tidak ada lagi upload foto di sosial media saat menunggu boarding di executive lounge bandara, tidak ada perjalanan udara, tidak ada lagi cerita sahur  di ujung Barat, buka puasanya di ujung Timur Indonesia. Semua kegiatan, sahur, shalat Subuh, Dhuha, sampai saat berbuka dan tarawlh, semua di rumah. Banyak yang merindukan Ka’bah, tetapi Allah SWT saat ini telah menetapkan takdir terbaik kita: di rumah saja.

Untuk sementara, dunia yang kita kejar dan puja-puja itu, lenyap. Gone. Vanished. Saat ini sementara, tapi cepat atau lambat, dunia itu benar-benar akan lepas dan lenyap dari genggaman kita. Lenyap selamanya. Mungkin saat ini Allah berbaik hati, memberikan kita training sebelum nanti masuk pada medan pertempuran yang sesungguhnya. Di dalam Islam kita meyakini akan ada dua fase kehidupan lagi yang harus kita lewati: alam barzakh dan akhirat. Semuanya berat jika kita tidak menyiapkan bekal apa-apa selama di dunia. Bukan bekal jabatan, status sosial, harta, popularitas, bukan. Hanya bekal ibadah dan amal kebaikan kita.

Berbahagialah di dalam rumah. Mungkin anak-anak kita rewel, menyebalkan, berani sama orang tua, lebih suka mager (malas gerak), tidak bisa membantu pekerjaan rumah, habis waktu dengan gadget, keluar semua sifat aslinya. Nikmati semua itu. Ini momen untuk berbicara dari hati ke hati dengan mereka. Kalau anak-anak kita masih balita, nikmati setiap detik kebersamaan dengan mereka. Karena itu tak lama. Masuk usia remaja, mereka memiliki cara berpikir dan kehidupan sendiri yang membuat kita kaget dan terkesan anak-anak meninggalkan orang tua. Percayalah, mereka tetap mencintai orang tua mereka. Tetapi mereka punya kehidupan pertemanan yang itu membuat anak-anak kadang lupa segalanya.

Berbahagialah di dalam rumah. Mungkin istri kita tidak pandai memasak, ya kita memasak bersama. Dengan hasil apa adanya dan kita nikmati. Percayalah menikmati hasil karya sendiri itu lebih memberikan kenikmatan. Bagi emak-emak, jika Mas suami tidak membantu pekerjaan rumah, sabar saja. Suatu saat pasti akan dibantu ketika dia bosan dengan kehidupan sosial media, yang ternyata begitu-begitu saja. Gak jelas. Musim corona masih saja bertabur caci maki, sindiran, hujatan, dan fitnah. Sosial media tidak membahagiakan kita. Kehidupan nyata di depanmu sekarang itu yang membuatmu bahagia. Dalam konteks ini, pilihan emak-emak harus diakui lebih baik. Alih-alih bermain sosial media, emak-emak lebih asyik menghabiskan waktu melahap berbagai judul drama Korea. Benar ya? smile ????

Lantas bagaimana mengisi waktu yang produktif di rumah? Ingat kita bukan liburan tetapi bekerja dari rumah. Selesaikan tugas pekerjaan. Di samping itu, momen di rumah ini, tak ada pilihan kecuali kita isi dengan beribadah. Apalagi di bulan penuh barokah dan ampunan ini, bulan suci Ramadhan. Kita isi dengan ibadah bersama keluarga di rumah. Selain shalat wajib dan puasa, kita bisa shalat sunnah tarawih berjamaah dengan keluarga. Para suami bersiap menjadi imam. Tidak perlu malu dengan anak istri, jadi imam yang percaya diri dan tumaninah. Hafalan surat-surat pendeknya dipraktikkan lagi.

Ya, ibadah. Pada akhirnya itulah tugas kita semua di dunia. Manusia, begitu juga jin, diciptakan oleh Allah SWT semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Yang lain hanya tugas tambahan saja. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1441 H hari-6. Wassalam ([email protected])

Jakarta, 29 April 2020

 

 

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar