Ekonomi

Rupiah Terkapar Rp16.450 per Dolar AS Karena Sentimen Global

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp16.450 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Rabu (1/4/2020) sore. Posisi tersebut melemah 0,86 persen dibandingkan perdagangan Selasa (31/3/2020) sore di level Rp16.325 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp16.413 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi kemarin yakni Rp16.367 per dolar AS.

Sore ini, mata uang Garuda melemah di hadapan dolar AS bersama seluruh mata uang di Asia. Tercatat, yen Jepang melemah 0,08 persen, dolar Hong Kong turun 0,01 persen, dolar Singapura melambat 0,84 persen, dolar Taiwan melemah 0,13 persen, dan won Korea Selatan turun 1 persen.

Selanjutnya, peso Filipina melambat 0,43 persen, rupee India turun 0,75 persen, yuan China turun 0,23 persen, ringgit Malaysia melemah 0,72 persen, dan baht Thailand turun 0,76 persen terhadap dolar AS.

Senada, mata uang di negara maju kompak terjungkal di hadapan dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,56 persen, dolar Kanada turun 1,22 persen, dolar Australia melemah 1,13 persen, dan franc Swiss melemah 0,57 persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan laju rupiah masih terbebani oleh sentimen global. Data manufaktur dari Asia dan Eropa menunjukkan perlambatan ekonomi ketika berperang melawan pandemi virus corona. Ia menuturkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur hampir semua negara baik di Asia maupun Eropa mengalami kontraksi di bawah 50.

"Kecuali China yang berada di luar dugaan yakni 52," katanya.

Sementara itu, Goldman Sach merevisi turun pertumbuhan ekonomi AS menjadi minus 34 persen pada kuartal I-2020. Sebelumnya, lembaga keuangan itu meramal ekonomi AS minus 24 persen. Meski begitu, Goldman Sach memperkirakan ekonomi mulai pulih pada paruh kedua 2020 seiring penyebaran virus yang melambat. Pemulihan akan terjadi secara bertahap mulai Mei atau Juni.

"Namun pasar tentu melihat kondisi sekarang yang masih sangat tertekan," ucapnya. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar