Industri

Dampak Wabah Gugur Daun Karet Tidak Siginifikan Bagi Bakrie Sumatera Plantations

PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP). (Int)

JAKARTA - Emiten kelapa sawit PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) mengakui dampak wabah gugur daun karet atau pestalotiopsis tidak signifikan ke perusahaan di 2019. 

"Dampak jamur ke pohon karet milik perusahaan hanya mempengaruhi 5 persen dari budget full year 2019," jelas Investor Relation and Director UNSP, Andi W Setianto.

Andi menjelaskan wabah gugur daun akibat jamur membuat pencapaian perusahaan menjadi 95 persen aktual dari budget sepanjang 2019. 

Dari paparan publiknya di Desember 2019, UNSP memiliki 16.532 hektare (ha) kebun karet tertanam. Adapun 94 persen kebun atau 15.560 ha pohon karetnya sudah menghasilkan sehingga memasuki kategori dewasa (mature). 

Kemudian, sekitar 5 persen kebun atau 822 ha pohon karetnya belum menghasilkan (immature) dan sisanya 1 persen atau 150 ha sedang di replanting (peremajaan). Adapun di sepanjang 2020 ini, Bakrie Sumatera telah menyiapkan belanja modal hingga Rp150 miliar untuk pengembangan bisnis hulu (upstream) sawit dan replanting.

Andi menjelaskan, perusahaan akan meningkatkan dan mengoptimalkan sistem. Seperti manajemen air, usia tanaman, hama, dan lainnya. Selain itu, capex juga digunakan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur baik itu produksi maupun fasilitas pendukung. 

Selain itu, UNSP juga berencana mengkonversi tanaman karet yang usianya sudah di atas 25 tahun atau masuk kategori tua untuk diganti dengan sawit, tebu, atau tanaman lainnya.

Tak heran jika UNSP masih fokus pada inti bisnisnya di sawit karena kontribusinya masih mendominasi ke penjualan perusahaan. Melansir laporan keuangannya di kuartal III 2019, UNSP membukukan penjualan konsolidasi sebesar Rp1,42 triliun. Adapun Sawit dan turunnya berkontribusi sebesar Rp728,36 miliar. 

Selain ekspansi di hulu, tentu perusahaan juga akan giat mengembangkan hilir (downstream) yang memproduksi Oleokimia. Andi menyatakan perusahaan akan meningkatkan utilisasi plant oleokimia yang ada.

"Rencananya bakal dimaksimalkan dari sebelumnya utilisasi produksi acid baru 75 persen dan alkohol baru 65 persen akan menjadi 10 persen di akhir 2020," kata Andi. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar