Industri

Saham Emiten CPO Berpeluang Naik

Ilustrasi CPO. (Int)

JAKARTA - Permintaan minyak kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO) yang berangsur meningkat di pasar global maupun di pasar domestik diperkirakan menggerek harga CPO. Ujungnya berdampak positif bagi saham emiten CPO yang diprediksi bakal bullish.

Tercapainya kesepakatan dagang tahap pertama antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi sinyal positif membaiknya permintaan CPO global. Kemudian potensi peningkatan impor CPO dari India juga turut menambah sentimen positif bagi saham emiten sawit.

Dari dalam negeri, program pencampuran biodiesel 30 persen atau B30 yang akan diterapkan tahun ini juga menambah sentimen positif bagi perusahaan minyak sawit.

Analis Lotus Andalan Sekuritas Sharlita Malik pun menaikkan rating saham CPO menjadi overweight. Dari sekian banyak saham sektor CPO, Sharlita merekomendasikan saham PT Astra Agro Lestari tbk (AALI). Dia merekomendasikan beli dengan target harga Rp15.000 per saham.

Alasannya, produksi AALI tahun ini berpotensi meningkat hingga 13,5 persen yoy. Menurutnya, peningkatan produksi AALI didorong oleh dua hal yakni, pertama produksi Tandan Buah Segar (TBS) diperkirakan meningkat dari perkebunan inti dan plasma.

"Meningkat lebih dari 4,9 persen yoy seiring FFB yield yang naik 4 persen," jelasnya.

Sehingga, laba bersih berpeluang tumbuh menjadi Rp1,26 triliun dengan volume penjualan yang tumbuh 11 persen yoy dan harga jual rata-rata yang naik 9 persen yoy.

Selanjutnya, penambahan pabrik perseroan yang mulai beroperasi di Kalimantan Selatan berpotensi meningkatkan produksi. Menurutnya dengan adanya penambahan pabrik AALI dapat meningkatkan produksi hingga 700.000 ton per tahun.

"Kami yakin AALI mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan CPO untuk beberapa tahun ke depan," terangnya.

Menilik laporan keuangan AALI, sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu perusahaan mencatatkan pendapatan Rp12,38 triliun. Minyak sawit mentah dan turunannya menjadi penyumbang terbesar pendapatan dengan total Rp11,23 triliun.

Di sisi lain, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee merekomendasikan saham alternatif selain AALI. Hans merekomendasikan saham PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga Rp1.410.

Hingga kuartal III 2019 lalu, LSIP membukukan pendapatan mencapai Rp2,58 triliun. Jumlah tersebut turun sekitar 10 persen dari Rp2,87 triliun secara yoy. Dari bottom line atau laba bersih, LSIP mencatatkan laba bersih Rp49,46 miliar.

Namun LSIP tidak berencana melakukan pencairan utang dalam beberapa tahun ke depan dan ini menjadikan perusahaan tersebut memiliki fundamental baik, yaitu cleanest balance sheet atau zero debt level.

Sedangkan Analis Panin Sekuritas William Hartanto merekomendasikan saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dengan target harga Rp590.

SIMP membukukan pendapatan pada kuartal III/2019 sekitar Rp10,09 triliun. Jumlah tersebut turun dari Rp10,26 triliun atau turun 1,63 persen yoy.

SIMP masih diuntungkan dengan merek dagang Bimoli yang relatif kuat di pasar dan mampu membukukan marjin lebih tinggi diantara produk kompetitor.

Meski begitu, Sharlita dan Hans mengingatkan untuk memerhatikan dampak dari regulasi Renewable Energy Directive (RED) II oleh Uni Eropa yang membatasi penggunaan CPO. Regulasi tersebut berpotensi untuk menekan harga CPO.

Namun di sisi lain, Hans optimis pembatasan terhadap CPO lewat regulasi RED II tidak akan berdampak signifikan berkat regulasi B30.

Regulasi B30 berpeluang menggantikan ekspor CPO ke EU sekitar 3 juta ton per tahun hingga 2030 seiring kebijakan RED II.

Sharlita menambahkan kondisi cuaca yang tidak mendukung dapat mempengaruhi harga CPO. Jika terjadi kekeringan, pasokan terhadap CPO akan terpukul karena gagal panen. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar