Ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan

Gulat: Perubahan Iklim Diperburuk Efek Pemanasan Global

PEKANBARU - Kebakar Hutan dan Lahan kayaknya tidak cocok disematkan khusus untuk kebakaran di Australia, tapi lebih tepat disebut dengan kebakaran Hutan, Lahan, Satwa, dan Pemukiman penduduk. Apkasindo (Asosiasi PetaninKelapa Sawit Indonesia) cukup bersimpati dengan kejadian ini. Memang menurut beberpa sumber berita dikatakan bahwa kebakaran kali ini kebakaran yang terparah dan ter ekstrim di Australia.

Kebakaran hutan yang telah merusak Australia yg telah merenggut 24 nyawa dan menghancurkan hampir 2.000 rumah di Australia. Kebakaran hutan yang terjadi di Australia menyebabkan musnahnya habitat hewan-hewan liar asli Australia seperti kanguru, koala, burung, reptil, dan lain-lain. Sebagian besar hewan-hewan itu mati akibat kebakaran hutan dan sebagian lagi tersesat masuk kepemukiman penduduk.

Ir Gulat Manurung MP C APO, Ketua Umum DPP APKASINDO mengatakan, Kebakaran yang terjadi di Australia tidak dimulai oleh perubahan iklim, tetapi diperburuk oleh efek pemanasan global. Dari data yang didapat diketahui bahwa  dengan kekeringan yang lebih panjang, dan tanah yang lebih kering serta suhu panas yang meningkat akan sangat berpotensi kebakaran yang lebih parah lagi.

"Kaitan antara kebakaran hutan dan perubahan iklim menjadi konsumsi politis pada 10 tahun terakhir, tetapi sesungguhnya perubahan iklim yang ekstrim telah menjadi penyebab bencana-bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Gulat.

Menurut Laporan Badan Meteorologi Australia, Australia mengalami tahun terpanas pada 2019, naik 1,5 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata yang dimulai dari bulan November. Naiknya suhu meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan.

"Dari berbagai sumber data bahwa kebakaran kali ini cukup mengerikan, seperti yang terjadi saat kebakaran Amazon 2019. Kebakaran hutan dan lahan akan melepaskan karbon dioksida, gas rumah kaca, ke atmosfer dan gas ini akan memerangkap panas di atmosfer, maka panas yang diakibatkan akan berganda dan tentunya akan memperparah situasi di Australia," ujar Kandidat Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau ini.

Kebakaran Hutan dan Lahan di Australia baru berlangsung tiga bulan, namun diperkirakan telah melepaskan 350 juta metrik ton karbon dioksida. Para ahli memperingatkan dibutuhkan satu abad atau lebih akan untuk menyerap karbon dioksida yang dilepaskan tersebut.

Berbagai upaya super canggih, rekayasa hujan, biaya jutaan USD, dan tenaga manusia untuk bisa memadamkan api di Australia sudah dilakukan semua elemen negara dan masyarakat Australia, namun api tetap semakin membara, tetap saja sebagai bagian dari umat manusia, Australia memanjatkan Doa dan Harapan akan kebaikan Tuhan Yang Maha Esa dan lagi Maha Pengasih  untuk segera menurunkan hujan sebagai solusi untuk memadamkan api dan menurunkan suhu yang sudah sangat ekstrim.

Jika kita bercermin kepada kebijakan Pemerintah Australia memang jauh berbeda dengan Kondisi kebakaran hutan dan lahan tahun 2019 lalu di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari Upaya Kepala Pemadam Kebakaran Australia untuk bertemua Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, sejak April 2019 untuk melaporkan Potensi Bencana Kebakaran Hutan, namun upaya meminta waktu bertemu tersebut selalu ditolak. Dan Bencanapun benar-benar terjadi diawal November 2019.

Ini akan menjadi pelajaran penting buat Pemerintah Indonesia, Masyarakat dan pelaku usaha yang bersentuhan dengan alam, khususnya di Riau. Kelebihan Indonesia adalah bahwa antisipasi kebakaran lahan 2020 yang sudah disampaikan BMKG sejak awal musim hujan September 2019, bahwa  akan adanya musim kemarau yang lebih awal di tahun 2020 telah sangat direspon oleh semua aparat Pemerintah yang diteruskan ke masyarakat dan pelaku uhaha sektor kehutanan dan perkebunan dan saat ini semua aparat Pemerintah, Kepolisian, TNI, dan Aparat Hukum lainnya sedang membangun kolaborasi kepada semua elemen masyarakat dan korporasi khususnya yang terkait dengan alam untuk antisipasi dini dan siaga untuk meminimalisir terjadinya kebakaran.

Untuk ini APKASINDO sangat mengapresiasi Aparat Kepolisian dan TNI dan BPBD , seperti misalnya di Riau, semua elemen Petani dan Korporasi sudah melakukan kordinasi intensif dan membuat simulasi-simulasi berdasarkan tingkat kerawanan kebakaran yang dipimpin langsung oleh Kapolda Riau, Dirkrimsus, Dirintel dan jajarannya, hal ini dapat dicontoh oleh Provinsi lain, terkhusus Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan sebagai Provinsi terluas dan terparah kebakaran hutan dan lahan 2019 yang lalu.

Memang luas kebakaran Hutan dan Lahan di Australia jauh lebih luas dibandingkan dengan Indonesia di 2019 lalu, dari berbagai sumber diketahui bahwa kebakaran hutan dan lahan di Australia sejak November tahun 2019 tercatat sudah mencapai 12,3 juta Hektar dengan suhu terekstrim bulan Desember lalu 42 Derajat Celsius (luas kebakaran hampir 3 kali luas Negara Belanda yang hanya 4,2 juta hektar), sedangkan kebakaran di Indonesia Tahun yang sama tercatat oleh BNPB Pusat seluas 857 ribu hektar yang terdiri dari lahan Mineral dan Gambut.

Menurut Dr Ir Anthony Hamzah MP yang juga merupakan Ketua Dewan Pakar DPW APKASINDO, menjelaskan bahwa Distribusi kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Tahun 2019,  luas karhutla di Indonesia dari Januari hingga September 2019 (Data KLHK) sebesar 857.756 hektare dengan rincian lahan mineral 630.451 hektare dan gambut 227.304 hektare.

Distribusi luas kebakaran tersebut antara lain : Luas lahan terbakar di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) 134.227 ha, Kalimanan Barat (Kalbar) 127.462 ha, Kalimantan Selatan (Kalsel) 113.454 ha, Riau 75.871 ha, Sumatera Selatan (Sumsel) 52.716 ha dan Jambi 39.638 ha.

Lebih lanjut Gulat memaparkan bencana kebakaran hutan dan lahan di Australia saat ini harus menjadi pelajaran buat kita semua bahwa kebakaran itu bukan hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga terjadi di negara-negara super kaya Makmur dan super canggih seperti Australia, Amerika dan beberapa negara Eropa. Kebakaran ini adalah cenderung diakibatkan perubahan iklim yang cenderung berpotensi memicu terbakarnya Hutan dan Lahan dengan sangat mudah, baik oleh puntung rokok bahkan percikan petir bisa menjadi pemicu kebakaran hutan dan lahan.

"Kalau di Indonesia, jika ada kebakaran hutan dan lahan selalu yang disalahkan Sawit dan Sawit sebagai penyebabnya dengan issu deforestasi, lalu kebakaran di negara Australia dan beberapa negara Eropa lainnya juga disebabkan oleh sawit ?", ujar Gulat bertanya.

Gulat juga menyampaikan 17 Januari, Ketua Dewan Pembina DPP APKASINDO, Jend TNI (Purn) DR Moeldoko S IP akan ke Riau, ada tugas dari KSP, sekaligus akan berkoordinasi dengan DPW/DPD/DPU APKASINDO se Riau, untuk memastikan Peran aktif dari Apkasindo Riau dalam menghadapi musim panas 2020 ini.

"Marilah belajar dari Data dan Fakta bahwa kebakaran hutan dan kebun sawit itu adalah korban dari ektrimnya iklim sebagaimana terjadi di negara-negara lainnya yang sering hutan dan lahannya terbakar, tidak usah langsung menghukum Sawit dan Gambut dan mempidanakan Petani dan Korporasi, ujar Auditor ISPO ini dengan serius.

Data kebakaran lahan di Indonesia 2019 jelas memaparkan bahwa Dari total hutan dan lahan yang terbakar didominasi oleh tanah Mineral 630.451 hektare (73,50 %) dan gambut 227.304 hektare (26,50%). Ini data, bukan hoax, jadi mengapa selama ini kita selalu meributkan Gambut sebagai sumber utama kebakaran ? sementara negara lain memanfaatkan Gambut sebagai anugerah terindah dari Tuhan untuk budidaya tanaman untuk kemakmuran masyarakat dan negaranya.

Sebagai komitmen bersama, yang dimotori oleh Polda Riau, akhir Desember 2019 lalu, 3 elemen Asosiasi Petani Kelapa Sawit (APKASINDO, SAMADE dan ASPEK PIR) didukung oleh GAPKI, secara bersama-sama sepakat untuk melakukan himbauan kepada anggota dan elemen masyarakat untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Hal ini dibenarkan oleh Santa Buana SP MM, Ketua DPW Apkasindo Riau, bahwa APKASINDO Riau siap mendukung segala upaya Pemerintah, Polda Riau, TNI dan BPBD Riau untuk mencegah adanya titik api dilahan sawit Petani Apkasindo. "APKASINDO sudah membentuk 11 Korda Apkasindo Anti Api 2020 di 11 Kab/Kota Perwakilan DPD APKASINDO se Riau. Kami sangat serius dan komit mendukung Riau bebas Api 2020, ujar Santa.(rls)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar