Ekonomi

Defisit Neraca Dagang Tekan Rupiah ke Rp14.010 per Dolar AS

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di Rp14.010 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (16/12/2019) sore. Posisi tersebut melemah sebesar 0,14 persen dibandingkan nilai pada penutupan perdagangan pada Jumat (13/12/2019).

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.004 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi Jumat (13/12/2019) yakni Rp13.982 per dolar AS.

Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, lira Turki melemah 0,67 persen, yuan China 0,27 persen, dolar Singapura 0,21 persen, diikuti ringgit Malaysia yang melemah 0,20 persen.

Selanjutnya, rupee India juga terpantau melemah 0,19 persen, peso Filipina 0,11 persen, yen Jepang 0,10 persen, serta won Korea dan baht Thailand yang sama-sama melemah tipis 0,03 persen. Sementara itu, penguatan hanya terjadi pada dolar Hong Kong sebesar 0,11 persen, dan dolar Taiwan sebesar 0,28 persen terhadap dolar AS.

Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar terpantau menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,27 persen, dan euro menguat dengan nilai 0,07 persen, serta dolar Kanada sebesar 0,19 persen. Hanya dolar Australia yang melemah tipis sebesar 0,03 persen terhadap dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen negatif dari data neraca dagang dalam negeri pada November 2019.

"Neraca Dagang RI pada November 2019 mengalami defisit sebesar US$1,33 miliar. Dimana defisit ini didorong meningkatnya impor migas serta impor utama yang berkaitan dengan kegiatan akhir tahun," kata Ibrahim saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (16/12/2019).

Disamping itu, Ibrahim menyebut pelemahan juga dipicu upaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam mengantisipasi gejolak global susulan yang kemungkinan masih akan terjadi di 2020. Upaya belum memuaskan pasar sehingga membuat rupiah melemah.

"Bank Indonesia (BI) hari ini kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF, namun tidak terlalu seagresif sebelumnya," tuturnya.

Dari sisi eksternal, Ibrahim menyebut rupiah sebenarnya mendapatkan sentimen positif dari kesepakatan dagang fase satu AS dan China yang terjadi Jumat (13/12/2019) lalu.

"Keduanya tidak serta merta menguatkan mata uang rupiah, sehingga wajar kalau rupiah dalam perdagangan hari ini melemah," ungkapnya.

Ibrahim memperkirakan dalam perdagangan besok, rupiah kemungkinan akan menguat tipis di level Rp13.970 hingga Rp14.030 per dolar AS. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar