Ekonomi

Harga CPO Hambat Kinerja Austindo Nusantara di Kuartal III

Ilustrasi CPO. (Int)

JAKARTA - Harga jual minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tampaknya masih jadi kendala bagi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT).

Direktur Keuangan ANJT Lucas Kurniawan menjelaskan, kinerja produksi perseroan masih menunjukkan hasil yang sejalan dengan ekspektasi, menimbang kondisi iklim berupa kemarau berkepanjangan yang ada.

Menilik laporan operasional ANJT, produksi tandan buah segar (TBS) perseroan pada sembilan bulan pertama tahun ini tercatat sebesar 542.156 ton. Angka ini turun sekitar 7,19 persen dari produksi TBS tahun lalu yang sebesar 584.196 ton.

Selanjutnya, produksi CPO tercatat turun tipis sekitar 3,69 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari yang semula 186.914 ton sepanjang Januari-September 2018 menjadi 179.999 ton di periode yang sama tahun ini. Sementara itu, produksi inti sawit atawa palm kernel (PK) turun sekitar 5,32 persen yoy dari 40.822 ton menjadi 38.648 ton.

Namun demikian, Lucas mengatakan harga jual CPO masih menjadi kendala yang menghambat kinerja perseroan. “Kalau kita transaksikan secara US$, harga jual CPO kita sampai dengan kuartal III tahun ini masih lebih rendah dibandingkan 2018,” ujar Lucas.

Alhasil, penurunan yang terjadi pada sisi pendapatan lebih besar dibanding pada penurunan dari segi volume produksi. Mengutip laporan keuangan perseroan di kuartal III 2019, pendapatan ANJT turun sekitar 16,85 persen secara yoy dari yang semula US$ 110,73 juta di kuartal III 2018 menjadi US$ 92,06 juta di kuartal III 2019.

Maklum saja, lini usaha penjualan CPO dan PK memang merupakan andalan utama perseroan dalam meraih pendapatan. Pada kuartal III 2019 misalnya, penjualan CPO dan PK tercatat sebesar US$ 91,71 juta atau setara dengan sekitar 98,65 persen dari total pendapatan.

Sementara itu, sekitar 1,35 persen pendapatan berasal dari usaha penjualan sagu, edamame, serta lini usaha konsesi jasa.

Di sisi lain, beban pokok pendapatan turun tipis sekitar 0,71 persen secara yoy dari US$ 81,08 juta du kuartal III 2018 menjadi US$ 80,51 juta di kuartal III 2019.

Namun demikian, hal ini juga dibarengi oleh naiknya beban penjualan alias selling expenses sekitar 56,72 persen secara yoy menjadi US$ 5,80 juta sepanjang Januari-September 2019.

Alhasil, rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias rugi bersih perseroan meningkat jadi sebesar US$ 5,76 juta di sepanjang Januari-September 2019. Sebelumnya, rugi bersih perseroan tercatat sebesar US$ 263.718 di periode yang sama tahun lalu.

Menurut Lucas, harga CPO sudah mulai membaik sejak bulan Oktober 2019 lalu. Oleh karenanya, ANJT berharap hal tersebut bisa memberi dampak yang positif terhadap kinerja perseroan hingga tutup tahun.

Meski begitu, Lucas tidak menyebutkan secara spesifik berapa target ataupun proyeksi pendapatan maupun laba bersih hingga tutup tahun nanti. “Secara keseluruhan ANJT mungkin kami belum bisa mencetak laba yang signifikan,” tutup Lucas. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar