Industri

Sawit Sumbermas Optimistis Bisnis Sawit Terdongkrak di 2020

PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). (Int)

JAKARTA - PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) mengaku tahun 2019 ini menjadi periode yang menantang bagi industri minyak sawit (CPO). Penurunan harga sudah dirasakan sejak akhir tahun lalu hingga pertengahan tahun ini.

Namun harga komoditas sawit berangsur naik, sehingga tren bisnis ini dipercaya menguat. Dimana permintaan CPO dunia diprediksi akan ada kenaikan paling tidak sebanyak 5 juta ton di tahun 2020 nanti.

Sekretaris Perusahaan SSMS, Swasti Kartikaningtyas bilang beberapa waktu terakhir harga mengalami peningkatan saja, perusahaan sudah melihatnya sebagai sinyalemen positif untuk industri. Ditambah adanya rencana penerapan bahan bakar B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia tentunya akan meningkatkan permintaan komoditas tersebut.

"Penerapan B20 dan B30 ini kami harapkan juga diikuti oleh negara-negara lain, selain akan meningkatkan permintaan terhadap CPO juga akan membawa trend untuk menggunakan energi terbarukan," terangnya.

SSMS berharap sinyalemen positif ini terus berlangsung sehingga industri sawit bisa menggeliat kembali. Untuk segi produksi tandan buah sawit segar (TBS), perusahaan menargetkan produksi rata-rata 35 ton per hektare di tahun 2020 nanti dengan oil extraction rate (OER) 25 persen.

Dengan luas lahan sawit SSMS yang mencapai 82.500 hektar, diperkirakan produksi TBS tahun depan mencapai 2,88 juta ton. Adapun target produksi minyak sawit sampai akhir tahun nanti 457.933 ton, dengan target tersebut SSMS diperkirakan mengerek produksi hingga 572.416 ton di tahun 2020.

Sementara sampai akhir September 2019 produksi CPO perseroan mencapai 320.566 ton atau sekitar 70 persen dari target produksi tahun ini. Perihal nilai penjualan, manajemen belum dapat membeberkannya mengingat fluktuasi komoditas yang menguat.

Sampai akhir tahun ini, perseroan tampaknya bakal merevisi proyeksi pertumbuhan bisnisnya. Dimana akhir tahun lalu manajemen sempat mematok pertumbuhan bisnis sekitar 10 persen. 

"Karena belum final kalkulasinya, kami perkirakan tahun ini sekitar 5 persen sampai 7 persen saja," terang Swasti.

Manajemen mengaku periode 2019 ini industri kelapa sawit mendapat banyak hambatan untuk menggenjot kinerjanya.

Mengulik laporan keuangan perseroan sampai kuartal-III tahun 2019 penjualan bersih tercatat sebanyak Rp2,41 triliun atau turun 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,89 triliun.

Sementara beban pokok penjualan mengalami kenaikan 21 persen year on year (yoy) di sembilan bulan pertama ini menjadi Rp1,74 miliar.

Hal tersebut menggerus perolehan laba kotor 53 persen yoy menjadi Rp676,26 miliar di kuartal ketiga tahun ini. Pos beban keuangan dan lainnya meningkat, sehingga SSMS sampai akhir September memperoleh rugi bersih Rp1,36 miliar padahal pada periode yang sama tahun lalu perusahaan masih memperoleh laba bersih Rp392,6 miliar. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar