Ekonomi

Perang Dagang AS-China Tekan Rupiah ke Rp14.078 per Dolar AS

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.078 per dolar AS pada perdagangan pasar spot, Senin (14/11/2019) sore. Kurs rupiah tercatat melemah tipis sebesar 0,01 persen dibandingkan perdagangan Jumat (15/11/2019) lalu, yakni Rp14.076 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.075 per dolar AS yang juga melemah dibandingkan posisi Jumat (15/11/2019), yakni Rp14.069 per dolar AS.

Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, yen Jepang melemah 0,12 persen, yuan China 0,04 persen, dan ringgit Malaysia 0,03 persen. Selanjutnya, peso Filipina juga melemah 0,03 persen, dan dolar Hong Kong melemah tipis 0,02 persen.

Sementara penguatan terjadi pada won Korea sebesar 0,24 persen, lira Turki 0,20 persen, dan baht Thailand 0,04 persen. Selain itu, rupee India menguat tipis 0,01 persen, sementara dolar Singapura stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS.

Di negara maju, mayoritas nilai tukar menguat terhadap dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris menguat sebesar 0,41 persen, euro 0,08 persen, dan dolar Kanada menguat sebesar 0,05 persen. Pelemahan hanya dialami dolar Australia sebesar 0,07 persen terhadap dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen ketidakpastian kesepakatan dagang antara AS dan China.

"Pelaku pasar menunggu indikasi baru tentang apakah AS dan China bergerak lebih dekat ke kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang mereka," kata Ibrahim, Senin (18/11/2019).

Namun, Ibrahim mengatakan terdapat optimisme samar dari kabar yang mengatakan kedua belah pihak telah melakukan pembicaraan konstruktif walaupun belum diketahui secara pasti arah pembicaraan antara kedua negara tersebut.

Sementara dari sisi domestik, Ibrahim menjelaskan bahwa neraca perdagangan Indonesia yang membukukan surplus pada bulan Oktober menjadi sentimen yang mempengaruhi nilai rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor Oktober 2019 terkontraksi atau turun 6,13 persen year-on-year (YoY) dan impor turun 16,39 persen YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$160 juta.

"Namun surplus perdagangan ini tidak selamanya (berarti) positif, ada risiko yang terkandung di dalamnya," ungkapnya.

Lebih lanjut, Ibrahim memperkirakan dalam perdagangan Selasa (19/11/2019) besok, rupiah masih akan bergerak melemah di kisaran Rp14.050 hingga Rp14.150. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar