Ekonomi

PSR Tingkatkan Produktivitas Tanaman Sawit Rakyat

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Program replanting atau peremajaan sawit rakyat (PSR) yang saat ini tengah dilakukan di wilayah Sumatera dan selanjutnya di Kalimantan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit rakyat yang sebelumnya sudah menurun.

Pelaksanaan program peremajaan sawit rakyat (PSR) akan berpengaruh terhadap pendapatan petani setiap bulannya sehingga dibutuhkan strategi yang tepat agar stabilitas pendapatan petani sawit selama program berlangsung tetap terjaga. Salah satu strategi tersebut yakni dengan menerapkan pola tumpang sari (polikultur/penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada satu lahan yang sama).

Bagi petani yang memiliki tanaman sawit dengan usia yang masih produktif, penerapan strategi ini dapat dijadikan sumber pendapatan tambahan sehingga tidak hanya mengandalkan pendapatan dari tanaman sawit. Dalam kasus pertanaman perkebunan kelapa sawit, polikultur dapat dilakukan di lahan kelapa sawit yang belum menghasilkan (umur tanaman < 4 tahun).

Jenis tanaman semusim berumur pendek yang berpotensi tumbuh dengan baik sesuai kondisi radiasi di perkebunan sawit dan dapat ditumpang sari dengan sawit di antaranya jagung, padi gogo, kacang tanah, kedelai, tanaman hortikultura (bawang merah, kangkung, sawi, semangka, pisang, dan lainnya).

Tanaman tumpang sari tersebut tidak hanya sebagai sumber pendapatan tambahan bagi petani, tetapi juga berperan sebagai tanaman penutup tanah (cover crop). Secara umum, manfaat dari adanya pola tanam polikultur ini di antaranya efisien terhadap penggunaan ruang dan waktu, pengendalian hama dan penyakit sawit, meminimalisir biaya pengolahan tanah (termasuk sanitasi lahan), serta menambah penghasilan setiap satuan luas lahan.

Data penelitian menemukan bahwa tanaman belum menghasilkan (TBM) sawit yang ditumpang sari dengan jagung atau kedelai menghasilkan produktivitas masing-masing 6.176 kg/ha dan 1.714 kg/ha dengan tiga kali musim tanam per tahun.

Pendapatan yang diperoleh dari tumpang sari jagung dan kedelai di sela TBM sawit yakni Rp29.029.693/ha/tahun dan Rp12.178.057/ha/tahun, sedangkan rata-rata pendapatan di lahan sawit monokultur adalah Rp36 juta/ha/tahun.

Terbukti bahwa pola tanam polikultur dapat dijadikan sebagai strategi alternatif oleh petani sawit untuk memperoleh pendapatan selama PSR berlangsung. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar