Ekonomi

Ekspor Sawit Indonesia ke Rusia Berpotensi Capai 1,1 Juta Ton

Kelapa sawit. (Int)

MOSKOW - Kebutuhan minyak nabati di Rusia sebagian dipenuhi dari minyak sawit sekitar 1 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 74,4 persen atau sekitar 75 ribu ton berasal dari Indonesia. Kebutuhan minyak tersebut selama ini digunakan untuk kebutuhan industri, andai saja juga memenuhi kebutuhan konsumsi, ekspor sawit Indonesia berpotensi meningkat menjadi 1,1 juta ton pe tahun.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga kepada wartawan saat ditemui di sela-sela kegiatan Festival Indonesia Rusia, di Moskow, Minggu (4/8/2019).

Dia mengungkapkan, selama kegiatan tersebut GIMNI memamerkan beberapa produk minyak sawit untuk konsumsi di antaranya virgin red palm oil dan minyak goreng.

Dalam kegiatan tersebut, GIMNI yang ikut berpartisipasi mengadakan demo masak menggoreng kentang, nasi goreng dan pay menggunakan minyak sawit untuk dicicipi oleh masyarakat Rusia yang datang. 

"Mereka (masyarakat Rusia) mengaku suka dengan masakah tersebut. Mereka juga mengungkapkan tidak ada satupun tempat yang menjual minyak sawit," ujar Sahat.

Menurut Sahat, impor minyak sawit di negara beruang putih ini selama ini untuk kebutuhan industri seperti membuat margarin, kue, kosmetik dan lainnya. Untuk kebutuhan konsumsi minyak nabati masyarakat menggunakan minyak dari bunga matahari. Itu karena yang beredar di pasaran selama ini minyak bunga matahari.

“Tidak ada minyak goreng (sawit) di rusia, selama ini di supermarket nggak ada, yang ada sunflower,” ungkap Sahat.

Melihat sambutan masyarakat Rusia selama kegiatan festival, menurut Sahat ada potensi untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dari sawit. Jika untuk kebutuhan industri saja mencapai 700-800 ribu ton per tahun, ditambah kebutuhan konsumsi, Indonesia berpotensi meningkatkan ekspor sawit Indonesia ke Rusia setidaknya menjadi 1,1 juta ton per tahun.

Untuk bisa memenuhi pasar konsumsi, menurut Sahat, dibutuhkan langkah komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan Rusia (G2G) terlebih dahulu. Langkah ini diharapkan dilakukan oleh menteri baru kabinet Presiden Jokowi periode kedua nanti. Setelah itu sekitar 6-8 bulan berikutnya diharapkan minyak sawit untuk kebutuhan konsumsi sudah ada di pasar Rusia.

“Kita harapkan pemerintah melakukan Preferential Trade Agreement (PTA) G2G dengan Rusia, setelah itu hasilnya akan kelihatan dalam 8 bulan berikutnya,” ujar Sahat. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar