Ekonomi

Karena Ringgit dan Minyak Kedelai, Harga Sawit Melejit

Tandan buah segar kelapa sawit. (Int)

JAKARTA – Sempat melemah, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil) terpantau melejit lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa (18/6/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 15.19 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September 2019 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 1,13 persen atau 23,00 poin menjadi 2.057 ringgit per ton. Padahal di sesi pembukaan, harganya melorot 0,29 persen atau 6,00 poin ke level 2.028 ringgit per ton.

Meskipun demikian, mengacu pada hasil sementara ini, harga CPO dalam 5 hari terakhir baru menguat 2,62 persen, sedangkan sejak awal tahun cuma menguat 1,70 persen.

Setidaknya ada dua sentimen positif yang menjadi katalis penguat bagi harga produk agrikultur unggulan Indonesia tersebut. Pertama, pelemahan ringgit. Kedua, menguatnya harga minyak kedelai dunia.

“Harga minyak kedelai dan pelemahan ringgit merupakan penyokong sawit,” kata seorang trader berjangka di Kuala Lumpur.

Data Bloomberg menunjukkan, hingga pukul 15.48 WIB, harga mata uang transaksi sawit tersebut melemah 0,12 persen atau 0,0050 poin ke level 4,1825 per dolar AS. Hasil tersebut melanjutkan pelemahan pada perdagangan sehari sebelumnya.

Untuk harga minyak kedelai, di Chicago Board of Trade hingga pukul 15.23 WIB mencatatkan penguatan 0,52 persern atau 0,15 poin ke level US$28,94 per pon. Hal yang sama juga terlihat pada harga komoditas itu di Dalian Commodity Exchange yang menguat 0,3 persen.

Pelemahan mata uang ringgit membuat harga kelapa sawit menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang asing. Sementara itu, harga minyak kedelai merupakan kompetitor minyak sawit di pasar minyak nabati. Kenaikan harga minyak kedelai seringkali ikut mendongkrak harga minyak sawit. Begitu pun sebaliknya. Selain kedua sentimen itu, harga sawit juga terdorong oleh proyeksi gangguan cuaca di negara produsen utama, Indonesia dan Malaysia. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar