Kampanye Negatif Uni Eropa

Perbankan Tetap Salurkan Kredit Sektor Kelapa Sawit

JAKARTA - Gencarnya kampanye-kampanye negatif untuk produk kelapa sawit dari Uni Eropa tidak menyurutkan perbankan menyalurkan kredit di sektor perkebunan kelapa sawit. Seperti dilakukan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). 

"Kami tidak rem penyaluran kredit di sektor ini karena nasabah CPO kami adalah nasabah besar yang sudah memiliki cukup pengalaman," kata Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja di Jakarta, baru-baru ini.

BCA menyakini nasabah-nasabah perseroan tetap bisa menjalankan bisnisnya meskipun tantangan sektor itu masih besar dengan modal pengalaman yang sudah dimiliki. Walaupun tidak menahan, namun penyaluran kredit di sektor Crude Palm Oil (CPO) menurut Jahja, masih lambat karena pelaku industri belum membutuhkan tambahan modal kerja. Dia bilang, nasabah perseroan di sektor ini masih melakukan konsolidasi di tengah perlambatan harga.

"Nasabah kami relatif belum ada appetite untuk tambah modal kerja. Tetapi kalau mereka butuh, kami tetap akan bantu," katanya.

Per Maret 2019, BCA menyalurkan kredit ke sektor pertanian dan perkebunan dimana termasuk di dalamnya perkebunan sawit mencapai Rp30 triliun. Capaian tersebut tumbuh 13 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Begitupula dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Bank pelat merah ini tidak menahan diri dalam menyalurkan kredit di sektor perkebunan kelapa sawit. Terbukti, per Mei 2019, perseroan masih mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 10,03 persen yoy di sektor tersebut.

Direktur Bisnis Korporasi BNI Pusat, Putrama Wahyu Setiawan mengatakan, penyaluran kredit di sektor perkebunan sawit masih didominasi untuk kebutuhan investasi dengan porsi 87 persen. 

"Untuk kualitas kredit kami di sektor ini juga masih bagus," katanya.

PT BRI Agro Tbk juga rupanya masih mencatatkan pertumbuhan yang cukup bagus dalam penyaluran kredit di sektor industri CPO. Per Mei 2019, portofolio kredit sawit perseroan naik 11,5 persen yoy menjadi Rp7,7 triliun dari Rp6,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sektor ini menyumbang porsi 45,5 persen terhadap total portofolio kredit perseroan. Namun kualitas aset BRI Agro di sektor ini sedikit mengalami penurunan. NPL per Mei 2019 meningkat menjadi 0,53 persen dari 0,39 persen pada periode yang sama tahun 2018.

Guna bisa menjaga kualitas aset di sektor ini, BRI Agro telah memiliki strategi dalam menyalurkan kredit. Pertama, perseroan hanya fokus menyalurkan kredit pada perkebunan yang sudah berjalan. Kredit diberikan pada calon debitur premium (group besar) yang memiliki kapabilitas besar baik dalam hal kompetensi maupun finansial.

"Kami masuk di plasma sawit yang memiliki perusahaan inti yang kuat. Selanjutnya kami melakukan monitoring berkelanjutan terhadap kinerja debitur," tambah Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar