Ekonomi

Harga Kedelai Turun, CPO Ikutan Tergelincir

JAKARTA- Turunnya harga minyak kedelai di bursa Chicago 0,2 persen, juga berimbas tergelincirnya harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada perdagangan, Jumat, 22 Maret 2019.

Setelah sebelumnya, sempat bertahan selama lima hari, harga CPO untuk kontrak Juni Bursa Malaysia Deriativer Exchange tergelincir 0,23 persen ke posisi MYR 2.167/ton (US$ 533,48/ton) 

"Pasar sudah menguat cukup banyak, jadi pelaku pasar akan mengamankan keuntungan sejalan dengan penurunan harga minyak kedelai," ujar salah satu pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.

Pelaku pasar meyakini pelemahan harga hari ini lebih disebabkan karena aksi ambil untung yang dilakukan oleh sebagian besar investor.

Pasalnya, selama sepekan ini, harga CPO sudah menguat cukup banyak sebesar 4,84 persen sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia dan Malaysia ini juga meningkat 2,17 persen.

Momen akhir pekan membuat investor makin yakin untuk mengamankan keuntungan hari ini. Apalagi sejumlah sentimen yang membayangi minyak sawit masih banyak yang negatif. Harga pun masih rentan terkoreksi.

Selama lima hari perdagangan berturut-turut hingga Kamis kemarin (21/3/2019), harga CPO selalu ditutup menguat. 

Salah satu sentimen yang mendorong harga CPO ke atas adalah kemungkinan naiknya permintaan dari India akibat harga minyak sawit yang sudah terlalu murah.

"Impor minyak sawit akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Pada level harga yang sekarang, sangat kompetitif dibanding minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari," ujar Patel, mengutip Reuters Senin (18/3/2019).

Seperti yang telah diketahui, minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari merupakan saingan sawit di pasar minyak nabati global. Sebab sebagian besar fungsinya sama, bisa dipakai untuk berbagai keperluan industri.

Kala yang satu harganya turun, maka yang lain mau tidak mau akan mengikuti. Bila tidak, pelaku industri jelas akan berpindah hati.

Namun memang, hal tersebut belum benar-benar terbukti. Belum ada data yang memperlihatkan peningkatan impor minyak sawit dari India, setidaknya hingga saat ini.

Pada hari rabu, surveyor kargo Societe Generale de Surveillance (SGS), mengatakan bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1-20 Maret mencapai 925.400 ton naik 0,8% dari periode yang sama bulan Februari yang sebesar 918.000 ton.

Tapi itu baru data pendahuluan. Masih ada sekitar 10 hari perdagangan yang belum direkam oleh SGS. Pelaku pasar masih terus menanti rilis data ekspor sawit resmi yang akan dikeluarkan oleh Malaysia Palm Oil Board (MPOB).(rdb/cnbc)
 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar