Humaniora

Tragedi Setan (47) : Saat Iblis Menggoda Nabi Nuh dan Nabi Isa

Ketamakan dan kedengkian adalah sasaran-sasaran nasehat dari Iblis. Itu pernah terjadi pada Nabi Nuh dan Nabi Isa. Kepada Nuh yang melihat Iblis di perahu, makhluk itu tak menyembunyikan hasratnya untuk mengambil-alih hati manusia.

Itulah alasan, mengapa ia menghubunginya di kapal. Kendati saat ditanya, Iblis tidak mau menjawab pertanyaan Nabi Nuh, tentang cara yang digunakannya untuk menghancurkan manusia.

Namun Iblis menawarkan untuk membahas tiga dari lima hasrat yang paling disukainya. Tapi sebelum itu terjadi, Allah memperlihatkan kepada Nuh, bahwa dia tidak perlu mendengarkan tiga hasrat dari Iblis. Hanya dua lainnya yang dianggap penting, karena kedua hasrat itu merupakan alasan-alasan yang tidak pernah gagal.

Akhirnya Iblis mengalah. Ia mulai menjelaskan kedua alasan yang paling dia hargai itu. Alasan-alasan itu adalah ketamakan dan kedengkian. "Dengan kedengkian aku dikutuk dan menjadikan diriku sebagai setan yang terkutuk. Mengenai ketamakan, Adam dibolehkan atas semua bagian surga, kecuali pohon itu. Dan aku telah mendapatkan apa yang aku inginkan melalui ketamakan Adam," kata Iblis itu.

Kesukaran Iblis untuk memainkan peranan seorang syekh secara hidup telah digambarkan dalam sebuah cerita. Kisah itu terjadi saat Iblis memperlihatkan diri kepada Yahya Sang Pembaptis dengan isi perutnya yang berwarna terang. Yahya bertanya pada Iblis, apakah itu yang berwarna terang di dalam perut manusia itu?

"Mereka adalah hawa nafsu manusia," jawab Iblis.

"Adakah salah satu di antara mereka adalah milikku?"

Iblis kembali menjawab,"Barangkali engkau makan, dan dari makananmu itu kami buat engkau lamban dan mengalihkan engkau dari shalat dan dzikr."

Mendengar itu Yahya berkata, "Aku bersumpah demi Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Kuasa, bahwa aku tidak akan pernah mengisi perutku dengan makanan."

Iblis pun menyahuti, "Dan aku bersumpah demi Allah, bahwa aku pernah memberikan nasihat yang baik kepada seorang Muslim lagi!"

Namun benarkah begitu? Iblis, kelihatannya, tidak mampu menjaga janjinya. Sebab ia juga memberikan nasehat, bagaimana mengembangkan kehidupan spiritual kepada para penerus Yahya, yaitu Isa.

Ini barangkali merupakan contoh yang paling mencolok dari jenis cerita ini. Iblis memperlihatkan pada Isa suatu kecintaan, yang membuat dirinya tidak menyadari dan dapat menghalangi Isa untuk melepaskan dirinya dari dunia.

Motivasi Iblis sama sekali tidak murni. Jelas ada nada yang sinis dan mengejek dalam kata-katanya itu. Meski begitu, sebagai suatu konsekuensi praktis dari percakapan itu, akhirnya Isa menjadi sadar, bahwa dia belum sepenuhnya terlepas dari dunia.

Cerita ini mengisahkan Isa, ketika dia menempatkan sebuah batu di bawah kepalanya. Ia seakan-akan menaikkan kepala itu dari tanah. Dengan cara itu dia bisa beristirahat. Iblis datang kepadanya dan berkata," Wahai putra Maryam, tidakkah engkau menyatakan, bahwa engkau telah meninggalkan dunia?"

Isa menjawab,"Ya."

Iblis pun bertanya,"Benda itu yang engkau letakkan di bawah kepalamu, dari mana benda itu datang?"

Saat itu juga Isa melemparkan benda itu. Ia pun berkata, "Ambillah benda itu bersama dengan apa yang telah aku tinggalkan, dan ambil apa saja yang seperti itu." (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar