Ekonomi

Harga TBS Sawit Rendah, Prof. Almasdi: Ada Mafia Toke dan Koperasi

PEKANBARU - Penetapan harga Tandan Buah Segar sekali sepekan oleh tim di Provinsi Riau berlaku bagi hasil dari pekebun plasma yang bermitra dengan Pabrik Kelapa Sawit. 

Sedangkan untuk pekebun sawit di luar itu atau yang swadaya biasanya akan melalui mata rantai baik itu toke, agen, maupun kelompok-kelompok koperasi.

Hal ini tentu membuat harga yang diberikan lebih rendah dari pekebun plasma. Di sini diduga ada permainan mafia dari kelompok tersebut. Demikian diungkapkan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau, Prof. Almasdi Syahza, SE., MP.

"Ada mafia-mafia kelompok toke dan koperasi yang tinggi sekali. Mereka tak perlu banyak ambil untung, cukup Rp100 atau Rp10 saja per kilogram dari ribuan ton itu sudah banyak," katanya.

Kemudian kalau harga ekspor turun, harga juga akan diturunkan lebih banyak lagi. Itulah, kata dia, bahwa sekarang kondisinya petani swadaya itu pembelinya adalah toke-toke.

Meski demikian, toke pun menurutnya tak salah juga kalau barang yang dibelinya dari petani itu-itu campur. Tidak seperti petani plasma yang melalui kelompok yang sudah terorganisir.

"Masuk ke pabrik pun barangnya campur-campur tentu harganya murah juga. Walaupun yang masuk ada bagus tetap juga dibeli murah karena masalah akibat pemasok atau toke ini," ungkapnya.

Untuk itu, solusinya kata dia, petani harusnya tidak terikat pada satu PKS. Bagusnya, lanjut dia dibuat PKS yang tak punya kebun agar supaya ada kebutuhan dan harganya bersaing.

"Selagi diikat PKS harus punya kebun, itu sudah pasti untuk yang petani swadaya harganya tak terangkat," pungkasnya. Bay


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar