Lingkungan

Gempa Bumi Itu Membuat Bumi Bergeser Lebih Banyak

Gempa bumi hampir terjadi setiap hari. Bumi secara alami mengalami pergeseran lebih kurang 1 milimeter. Itu jika normal. Tapi kalau terjadi gempa, maka pergeseran itu semakin banyak. Ini laporan dari Tugu Katulistiwa, Pontianak, untuk melihat itu dan memahami cuaca.

Udara terasa lebih panas dibanding biasanya. Puncaknya ada di tanggal 21 Maret lalu. Matahari tepat berada di garis katulistiwa. Panas menyengat itu sangat terasa di wilayah Indonesia yang dilewati garis itu. Kendati tidak se-ekstrem seperti di Afrika atau India, tetapi rasa panas itu akan terasa dibanding hari-hari biasa.

Untuk memberi informasi soal ekinoks ini secara lebih jelas, mari ke Kota Pontianak. Melihat Tugu katulistiwa Pontianak yang dibangun tanggal 31 Maret tahun 1928 oleh Tim Ekspedisi Geograp Internasional yang dipimpin seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda.

Ini dilakukan secara Astronomi. Pengukuran yang mereka lakukan tanpa mempergunakan alat canggih seperti satelit atau GPS. Mereka hanya berpatokan pada garis yang tidak smooth (garis yang tidak rata) serta berpatokan benda-benda alam seperti, rasi bintang (Ilmu Falaq)

Tugu Katulistiwa terbuat dari kayu Belian (kayu besi, atau kayu ulin). Terdiri empat tonggak. Dua bagian depan tinggi 3.05 meter dari permukaan tanah. Dan dua buah tonggak bagian belakang dengan tinggi 4.40 Meter dari permukaan tanah.

Keterangan simbol berupa anak panah menunjukkan arah utara-selatan (lintang 0’derajat). Keterangan simbol berupa flat lingkaran yang bertuliskan Evenaar yang artinya Katulistiwa (bahasa Belanda).

Ini menunjukkan garis katulistiwa atau batas utara dan selatan. Sedangkan plat di bawah arah panah dituliskan 109°20’0”0LvGR artinya garis katulistiwa di Kota Pontianak bertepatan dengan 109° garis bujur timur 20 menit 00 detik GMT.

Tugu katulistiwa mempunyai beberapa tahap penyempurnaan. Dimulai dari tahun 1928, tahun 1930 yang disempurnakan adalah tonggak, lingkaran dan tanda panah. Sedang tahun 1938 disempurnakan lagi oleh arsitek Silaban, menyangkut lingkaran.

Pada tahun 1990-1991 dibangun replika Tugu Khatulistiwa serta bangunan pelindung yang dibangun permanen berbentuk kubah dan diresmikan 21 September 1991 oleh Gubenur Kalimantan Barat Parjoko Suryo Kusmono.

Tahun 2005 di bulan Maret, posisi Tugu Katulistiwa dikoreksi kembali oleh tim BPPT yang bekerja sama dengan pemerintah Kota Pontianak secara satelit. Ternyata perbedaan ±117 m dari posisi yang asli ke arah selatan Katulistiwa.

Perbedaan itu terjadi karena faktor akurasi alat dan cara yang digunakan pada waktu dulu dan sekarang. Selain pergerakan bumi yang berrotasi dan berevolusi yang menyebabkan pergeseran.

Menurut ahli Geologi, bumi itu mengalami pergeseran secara alami sebanyak ±1 mm. Itu jika normal. Apabila terjadi gempa akan semakin banyak pergeserannya. Namun begitu, perbedaan pengukuran Astronomi (Ilmu Falaq) dan satelit tidaklah perlu diperdebatkan.

Garis Katulistiwa membentang melingkari tengah-tengah dan membelah bumi menjadi dua belahan yang sama, yaitu Belahan Utara dan Belahan Selatan. Garis Katulistiwa melewati beberapa kota di Provinsi Kalimantan Barat, yaitu : Sekadau, Nanga Dedai dan beberapa provinsi di Indonesia.

Provinsi Sumatra Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Maluku, Provinsi Irian Jaya adalah daerah yang dilewati garis katulistiwa.

Selain itu garis ini juga melintasi 5 negara di Benua Afrika, yakni: Gabon, Zaire, Uganda, Kenya, dan Somalia. Di Amerika latin, Garis Khatulistiwa melintasi 4 negara, yakni Equador, Peru, Colombia dan Brazil. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar