Lingkungan

Melongok Pelacuran di Sri Lanka (12) : Kalau yang Ini Memang Penjual Cinta Betulan

Gadis-gadis China ini memang mahir memijat. Pijatannya penuh perasaan. Tangan pasiennya, biasanya diletakkan di pahanya yang mulus telanjang. Maklum, rok pendek yang digunakan sudah tersingkap jauh di atas paha.

Kalau sudah begitu, maka tangan pasien ini tak berhenti. Ia akan merangkul, atau berpilin-pilin sekitar daerah itu. Sang gadis, entah sedang berakting atau memang terangsang, mulai ikut menikmati gesekan tangan laki-laki yang dipijatnya. Dan pijatan gadis ini sendiri, juga mulai terarah pada satu tujuan. Rangsangan. Merangsang lawan jenis untuk berbuat lebih.

Saat itu ada dua pilihan. Pasien yang mengajukan tawaran untuk bermain seks. Atau terkadang, sang gadis yang menawari kencan dengan tarif tertentu sebagai bayaran.

Saat transaksi itu, ia kian menggebu melakukan rangsangan melalui tangan, mulut dan lidah. Selain cerita soal kenikmatan bermain seks dengan orang yang dicinta, tentunya.

Jika harga disepakati, maka gadis-gadis itu melakukan perannya. Ia mencumbui dengan hangat, dan aktif mengoperasikan organ-organ intimnya ke sekujur badan.

Kalau sampai sang pasien terkulai lemas sebelum puncak permainan, maka ia pun kembali membangkitkan birahi sang lelaki. Itu untuk maju lagi sampai titik darah penghabisan.

Untuk melakukan kencan dengan gadis China Palang Merah ini, tarifnya sama dengan gadis-gadis casino. Hanya jika memilih short-time dilakukan di kamar praktek yang terkunci dengan servis memuaskan. Tapi kalau long-time, mereka akan menservisnya dengan lebih memuaskan lagi. Mereka menganggap lelaki yang membukingnya adalah suaminya sendiri. Mesra dan manja.

Benarkah gadis-gadis China itu sedang jatuh cinta dan ingin bersetubuh dengan kita bukan semata alasan uang? Jangan punya prasangka begitu. Sebab hampir semua pasien menganggap begitu.

Sang gadis jatuh cinta padanya, dan ingin bermain cinta. Tapi itu dilakukan dengan siapa saja yang datang ke palang merah seks ini. Mungkin inilah yang disebut sebagai penjual cinta betulan. (Djoko Su’ud Sukahar/Habis)

Catatan : Laporan ini ditulis Djoko Su’ud Sukahar berdasar pengalamannya sepuluh tahun lalu. Untuk itu harap maklum jika sudah terjadi perubahan-perubahan saat ini.


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar