Lingkungan

Melongok Pelacuran di Sri Lanka (7) : Antara Karma dan Mimpi Indah Shanka

Shanka menangis. Ia menutupi wajahnya, dan berusaha menyeka airmatanya agar tak ketahuan Jean. Laki-laki ini kebingungan. Ia heran dan bertanya, kenapa Shanka menangis dan memberontak. Padahal hubungan seksual yang dilakukan itu sudah atas seizin Shanka.

Saat itulah Shanka menceritakan, bahwa izin itu tak pernah diberikan. Hanya, ia memang sedang mimpi indah bergulat mesra dengan lelaki entah siapa. Ia merasakan kenikmatan mimpi itu, yang tak tahunya adalah kenyataan yang menyakitkan.

Gadis ini tiba-tiba berhenti dari tangisnya. Sebagai pemeluk Buddha yang taat, ia berkeyakinan, bahwa semuanya memang sudah karmanya. Karma yang harus dijalani, untuk menuju pada perbaikan hidup dalam kehidupan yang lain. Malah dengan dilahirkannya ia berjenis kelamin perempuan, termasuk bagian dari ketidaksempurnaannya sebagai manusia. Ia harus pasrah menerima.

Mendengar penuturan Shanka itu, kali ini Jean yang bingung. Ia terus bertanya, ingin tahu apa yang dimaksudkannya. Tapi Shanka menutup pembicaraan soal itu dengan cara berdusta pada lelaki ini. Ia mengaku memang cinta dengan Jean. Dan ia rela menyerahkan segalanya pada lelaki ini. Termasuk memberikan keperawanannya.

Sejak itu, selama Jean berada di Sri Lanka, Shanka tak cuma menemaninya sebagai guide, tetapi juga sebagai teman di tempat tidur. Malah rencana Jean untuk tinggal di Sri Lanka hanya satu minggu membengkak menjadi tiga minggu. Kelak disusul pada bulan-bulan berikutnya ketika Jean dapat cuti. (bersambung/Djoko Su'ud Sukahar)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar