Ekonomi

Kurs Rupiah Sesi Pagi Dekati Rp15.100 per Dolar AS

JAKARTA - Rabu (3/10/2018) pasar spot pada awal sesi perdagangan, Kurs rupiah kembali mendapatkan tekanan dari dolar Amerika Serikat (AS).

Data Bloomberg menunjukkan, hingga pukul 10:10 WIB, rupiah berada di level Rp15.083 per dolar AS, terdepresiasi 40 poin atau 0,27 persen dibandingkan posisi kemarin di Rp15.042 per dolar AS.

Rupiah langsung dibuka melemah di Rp15.065 per dolar AS dan terus mendapat tekanan. Sejauh ini, rupiah bergerak dalam rentang Rp15.065-15.088 per dolar AS. Sementara sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 11,27 persen terhadap greenback.

Data Reuters pada pukul 10:12 WIB juga menunjukkan, rupiah melemah ke Rp15.080 per dolar AS. Mata uang Garuda sejauh ini bergerak dalam rentang Rp15.050-15.090 per dolar AS.

Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia Rabu 3 Oktober 2018, rupiah terdepresiasi 100 poin menjadi Rp15.088 per dolar AS dari posisi kemarin di Rp14.988 per dolar AS.

Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, rupiah akan melanjutkan pelemahan hari ini seiring belum adanya sentimen positif dari dalam negeri.

Dari sisi eksternal, adanya kejelasan upaya mengurangi gejolak ekonomi dan politik di Italia memberikan imbas negatif pada euro dan memberikan tenaga pada dolar AS. Akibatnya, rupiah akan kembali tertekan.

"Diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas untuk mengurangi potensi pelemahan lebih lanjut," kata Reza.

Pasca menguat, laju rupiah berbalik melemah pada perdagangan kemarin. Adanya imbas kenaikan dolar AS seiring dengan pelemahan euro pasca kondisi ekonomi dan politik yang kembai bergejolak membuat laju rupiah terpaksa tidak mampu melanjutkan kenaikannya.

"Bahkan pelemahan rupiah kali ini dinilai lebih dalam sejak tahun 1998 dan memimpin pelemahan dibandingkan sejumlah mata uang negara-negara berkembang," ucapnya.

Kembali naiknya imbal hasil obligasi AS yang diikuti dengan kenaikan harga minyak mentah dunia memberikan imbas negatif pada rupiah. Kenaikan tersebut dinilai dapat membuat defisit neraca berjalan berpotensi meningkat sehingga memberikan imbas negatif pada rupiah. *


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar