Ekonomi

Wah, Canang Sudah Dijual di Swalayan Bak Es Krem

Pukul lima sore. Seorang wanita mengayuh sepeda, memasuki kompleks-kompleks perumahan di kawasan Jalan Nangka Utara. “Canang, Bu, canang. Numbas (beli) canang, Bu,” teriaknya, pelan.

Teriakan ini biasanya muncul saban menjelang ada hari-hari keagamaan Hindu di Bali, seperti Purnama, Tilem, Buda Cemeng, atau Anggar Kasih, Tumpek.

Dagang canang keliling? Tak syak lagi. Layak-nya es krem, burger, atau bakso, rupanya canang kini sudah mulai menggedor pintu rumah, memanjakan calon pembelinya. “Harganya sama saja dengan di pasar,” tutur Kadek Adini, ibu rumah tangga yang menjadi pelanggan dagang canang keliling ini.

Saban hari dia mengambil ‘jatah’ 10 canang, harganya Rp 1.000. Jadi, Rp 100 per canang. “Bila rerahinan, saya ambil 25 canang,” lanjutnya.

Kadek yang asli Peliatan, Gianyar, mengaku sebenarnya lebih doyan beli canang di pasar. Selain banyak pilihan, dia juga suka suasana pasar yang riuh. Terkadang, ujarnya, “Tawar-menawarnya lebih seru. Bila tak dikasih, ya tinggalkan, pilih yang lain, eh akhirnya malah dikasih. Itu mengasyikkan.

” Sebaliknya, kalau beli di dagang canang keliling, pilihannya sangat terbatas. Tapi toh, akhirnya dia malah berlangganan juga beli canang di pedagang keliling. Alasannya, “Semata-mata lebih praktis saja. Saya tak ada waktu lagi belanja ke pasar. Sayur-mayur sehari-hari pun beli pada dagang keliling.”

Meskipun tak baca buku manajemen pemasaran modern, pedagang canang tampaknya tahu juga memanjakan konsumen. Selain berkeliling ‘menggedor’ rumah calon pembelinya, kini canang juga sudah mulai menembus pasar swalayan.

Di swalayan Tragia, di kompleks petokoan Kerthawijaya, misalnya, canang berjejer dengan dupa serta alat-alat upacara Hindu lainnya di ruang ber-AC. Biasanya orang akan membeli canang setelah membeli buah atau sayur-sayuran di sebelah selatan deretan canang. Sudah dibungkus dengan kantong plastik. Harganya sedikit di atas harga di Pasar Badung atau di Pasar Kreneng.
 

Selain di Tragia, canang juga dijual di Tiara Grosir dan Tiara Dewata. Bedanya, di kedua supermarket ini canang belum masuk ruang ber-AC. Melainkan di halaman parkir.

“Karena usulan para karyawan, maka canang bisa dijual di swalayan ini,” tutur seorang karyawan di Tiara Dewata. Di sini pun seorang pedagang canang bisa melepas rata-rata 1.000 canang sehari. rae/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar