Ekonomi

Fadhil Hasan : Politis, Harga CPO Sulit Diprediksi

PEKANBARU-Banyaknya persoalan politik global menyebabkan harga minyak sawit mentah, Crude Palm Oil (CPO) sulit diprediksi. Itu dikatakan Direktur Eksekutif Asian Agri, DR Fadhil Hasan pada Sawitplus.co.

Menurut Fadhil, harga CPO Malaysia yang pekan lalu naik dengan signifikan, sempat menyentuh 2.303 ringgit per ton, tiba-tiba pekan ini bisa melorot drastis menjadi 2.158 ringgit per ton itu muskil dalam konteks ekonomi.

“Sekarang ini tidak gampang memprediksi harga CPO hanya ditinjau dari sisi ini. Ada banyak persoalan politik yang membuatnya serba ‘mungkin’. Mungkin naik, mungkin turun dalam tempo sekejap,” tambahnya.

Kata Fadhil, memang benar penurunan itu karena stok CPO Indonesia (5 juta ton) dan Malaysia (2,49 juta ton) membutuhkan pasar mendistribusikannya. Juga betul sekarang ini produksi lagi meningkat karena tren musiman. Tapi, kata Fadhil, itu bukan jaminan untuk dengan mudah mengasumsikan patokan harga CPO di hari depan.

“Lihat, siapa sangka tiba-tiba India menaikkan bea masuk impornya yang terlalu tinggi, terus China dan Amerika Serikat terlibat perang dagang yang ikut mempengaruhi pasar minyak sawit dunia. Ini yang membuat prediksi soal harga CPO sulit dilakukan,” ujarnya.

Ketika disodorkan prediksi Dorab Mistry yang menyebut harga CPO hingga akhir tahun 2018 dengan 2.100 ringgit, James Fry 2.400 ringgit, serta Thomas Mielke 2.500-2.700 ringgit, maka Fadhil Hasan mengasumskan, bahwa sampai akhir tahun harga CPO berkisar 2.300 ringgit per ton.

“Kalau asumsi saya, harga berkisar 2.300 ringgit per ton. Harga CPO ini akan bermain-main di sekitar itu,” ungkapnya pada Sawitplus.co. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar