Ekonomi

Prediksi Harga CPO, Ini Ramalan Dorab Mistry dan James Fry

KUALA LUMPUR-Perdebatan soal harga minyak sawit yang ideal mengemuka dalam diskusi industri di Kuala Lumpur, Rabu (29 Agustus 2018).

Thomas Mielke mengatakan harga CPO bisa di atas 2.500 ringgit per ton. Ditimpali Dorab Mistry yang berpendapat agar harga CPO Malaysia diturunkan di angka 2.100 ringgit, dan James Fry moderat, harga di level 2.200 ringgit.

Tiga analis ini sudah dikenal dunia sebagai peramal harga CPO paling menonjol. Dua di antara mereka, Dorab Mistry dan James Fri sering diundang untuk bicara soal itu di Indonesia.

Dorab acap dipakai dalam gelaran IPOC, konferensi sawit internasional yang diadakan GAPKI. Sedang James Fry beberapa bulan lalu bicara dalam forum ICOPE 2018 yang diselenggarakan Sinar Mas.

Biasanya, prediksi mereka tidak jauh berbeda. Apa yang digambarkannya saling mendekati realitas harga minyak sawit yang bakalan terjadi. Namun kali ini, dalam satu sesi, keduanya justru berbeda. Ada apa?

Analis lain menganalisa, itu karena kondisi pasar minyak sawit di tahun 2018 ini memang sangat spesifik. Tahun lalu yang sangat cerah, tiba-tiba melorot tanpa kendali.

Disebut tanpa kendali, karena kondisi eksternal yang membuat harga CPO bak roller coaster itu di luar prediksi. Kenaikan bea masuk impor India yang melejit sebagai penyulut perdana, dan kemudian disusul perang dagang AS-China yang tanpa ada yang mengira.

Ini kemudian disusul defisit ekonomi Turki, yang membuat negara-negara lain meragukan kestabilan ekonomi India, serta ancaman kemarau panjang di Negeri Taj Mahal yang diprediksi bakal terjadi tak lama lagi.

Kondisi pasar yang morat-marit itu yang menjadikan harga CPO tidak jenak. Naik turun terus terjadi, apalagi dibayangi produksi tinggi di dua produsen CPO terbesar dunia, yaitu Indonesia dan Malaysia.

Pasar yang melemah disusul produksi tinggi membuat banyak kalangan frustrasi. Itu karena stok menumpuk, baik di Indonesia maupun Malaysia.

Penurunan pajak ekspor yang dilakukan Malaysia di bulan Agustus ini juga tidak efektif. Pasar terus mengalami fluktuasi harga. Pembukaan bursa pagi bullish, tiba-tiba di penutupan bisa menjadi bearish.

“Sebenarnya dua analis itu masih sama prediksinya, sama-sama mendekati. Hanya pendekatannya saja yang berbeda. Dorab lebih menekankan pada daya saing akibat ekspor Malaysia yang terjun bebas, sedang James Fry lebih pada kontinuitas harga di pasaran yang bergerak di angka 2.200 ringgit per ton,” kata analis Wag Lam ini. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar