Ekonomi

Kurs Ringgit Melemah Selamatkan Minyak Sawit Tidak Terpuruk

KUALA LUMPUR- Harga minyak sawit berjangka Malaysia hampir saja anjlok lagi. Namun itu tidak terjadi karena tertolong penurunan kurs ringgit yang melemah di dolar Amerika Serikat.

Harga yang datar itu terjadi pada Selasa (17 Juli 2018) malam. Panen kedelai yang sedang dialami Amerika Serikat serta Brasil telah menurunkan tingkat permintaan minyak sawit yang berakibat harganya terpuruk. “Harganya masih kalah dengan minyak kedelai (soyoil),” kata pedagang setempat.

Namun itu agak tertolong. Di saat yang sama, kurs ringgit melemah. Mata uang perdagangan sawit itu turun 0,1%. “Kurs yang menurun itu membuat pembeli dengan mata uang asing diuntungkan. Kurs ini yang mendukung minyak sawit tidak terlalu terpuruk,” tambah mereka.

Untuk patokan harga minyak sawit kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange berada di kisaran 2.173 ringgit (US $ 537.47) per ton. Volume perdagangan mencapai 21.441 lot per 25 ton.

"Kelapa sawit mengikuti penurunan semalam dengan minyak biji saingannya. Tapi pelemahan mata uang lokal mendorong aktivitas penjualan," kata pedagang berbasis di Kuala Lumpur, mengacu pada tabel harga soyoil Amerika Serikat di Chicago Board of Trade.

Pedagang lain menyebut, memang sentimen pasar secara keseluruhan masih lemah. Itu karena permintaan untuk minyak sawit masih belum datang. Kendati berdasar data dari surveyor kargo menyebut, bahwa penurunan ekspor telah berkurang.

Seperti diketahui, ekspor minyak sawit Malaysia turun 2,7% pada paruh pertama bulan Juli. Menurut data dari perusahaan inspeksi AmSpec Agri Malaysia itu maih bagus. Sebab untuk periode 1-10 Juli penurunan mencapai 14,4%.

Sedang menurut data surveyor kargo Societe Generale de Surveillance, penurunan itu mencapai 8,8%. Itu data ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-15 Juli, yang sebelumnya mengalami penurunan 23,1% pada periode 1-10 Juni. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar