Politik

Ini Terobosan : Orangutan Hidup Berdampingan di Kebun Sawit

Kelompok perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia, Wilmar, Sime Darby dan Musim Mas, bersama dengan Orangutan Land Trust dan sejumlah pakar konservasi satwa liar dan LSM membentuk Aliansi PONGO. Ini sebuah inisiatif baru yang ditujukan untuk mendukung pengelolaan orangutan dan satwa liar lainnya di lanskap  kelapa sawit. Meskipun terdapat persepsi luas mengenai budidaya kelapa sawit yang tidak sesuai dengan perlindungan satwa liar, namun penelitian terbaru yang dilakukan oleh LSM Borneo Futures untuk Orangutan Land Trust dan Wilmar International, menunjukkan, bahwa ada beberapa cara agar industry kelapa sawit dan orangutan dapat hidup berdampingan. Perusahaan kelapa sawit, yang merupakan anggota Aliansi PONGO, mengakui tanggungjawab mereka untuk memastikan, bahwa budidaya kelapa sawit dapat dilakukan dengan meminimalisasi dampak negative terhadap keanekaragaman hayati lokal. Dan berkomitmen untuk mempromosikan penggunaan pengembangan lanskap yang berkelanjutan (disebut ‘pendekatan lanskap’) di seluruh Pulau Borneo. Adapun pendekatan lanskap tidak hanya di satu tempat konsesi kelapa sawit atau konsesi lainnya, tetapi di eko region secara keseluruhan. Sebab satwa liar tidak hanya tinggal di dalam batas-batas konsesi tertentu. Mereka juga bergerak melintasi keseluruhan bentang alam yang mereka anggap sebagai habitat alami mereka. Pendekatan Aliansi PONGO ini melibatkan semua pemangku kepentingan di lapangan. Termasuk perusahaan kelapa sawit, pemerintah daerah dan masyarakat lokal. “Mereka semua harus menerapkan praktik pengelolaan terbaik untuk melindungi orangutan dan satwa liar dalam lanskap kelapa sawit,” kata Ginny Ng Siew Ling, Forest Sustainability Manager dari Wilmar International dalam keterangan resminya. Orangutan adalah spesies yang terancam punah. Populasinya telah berkurang lebih dari setengah selama 50 tahun terakhir akibat perburuan liar, penebangan liar dan pertanian intensif. Saat ini, populasi orangutan terbesar di dunia terdapat di Pulau Borneo, yang dimiliki oleh tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei. Kebijakan perusahaan  mengenai melarang deforestasi, dan melarang eksploitasi, memberikan dampak positif dalam keberlangsungan hidup species yang ada. Itu tertulis di Borneo Futures, salah satu anggota dari Aliansi ini. Namun, masih ada sekitar 10.000 orangutan yang hidup dalam konsesi kelapa sawit non-sertifikasi dimana berisiko punah jika habitatnya tidak dikelola dengan baik. Dr. Erik Meijaard, seorang peneliti independen di Center of Excellence for Environmental Decisions (sebuah kemitraan antara lima universitas di Australia) dan pendiri Borneo Futures, menjelaskan, hasil penelitian menunjukkan, bahwa pendekatan kolaboratif di tingkat lanskap dapat mengurangi perburuan satwa liar. Sekarang, langkah selanjutnya adalah meningkatkannya dan melakukan diskusi dengan semua  perusahaan kelapa sawit yang memiliki orangutan di konsesi mereka di wilayah Borneo untuk membahas rencana aksi bersama, pungkasnya. Bel


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar