Kang Yana adalah sosok pengusaha sukses di Kota Pekanbaru. Duapuluh enam tahun dia mantap dengan brand Pisang Kipas Kuantan oleh-oleh khas Pekanbaru.
Sebagai usahawan mandiri, Kang Yana memperhatikan betul kualitas produk unggulannya. Dia mengandalkan minyak sawit kualitas nomor satu yang menjadi pilihan, setelah mencoba beberapa minyak merk lain.
Jauh sebelum mengelola Pisang Kipas Kuantan, pernah satu dua tahun dia bekerja di perusahaan kayu Panca Eka di tahun 1988. Tepatnya sebagai supir kantor.
Kemudian Yana Patriana, lelaki asal Garut, Jawa Barat ini nekat banting setir keluar dari Panca Eka. Dia mengolah lahan sawit tak terawat dari sebuah perusahaan seluas 1.500 ha, dan teman-temannya memandang remeh.
Namun dengan semangat tinggi lahan itu digarap, dan usaha sawit itu pun berhasil. Tapi Yana tidak mau hanya menekuni lahan sawit itu. Dia pun kemudian buka grosir harian di daerah Soekarno Hatta Panam tahun 1997.
Kulitnya yang putih khas ‘Orang Sunda’, Yana disangka Toke Cina. Tapi itu justru membuat usahanya maju pesat. Usaha grosirnya maju, dan dia harus merenung, karena mulai kesulitan untuk beribadah.
“Hampir 12 jam lebih selepas sholat Subuh saya hanya stelan singlet dan celana pendek. Akhirnya ibadah keteteran. Ini yang membuat saya berangsur-angsur menjual aset dagangan,” kata Kang Yana, sapaan karibnya saat ditemui di Gerai Pisang Kipas Kuantan II miliknya minggu ketiga Mei 2017 lalu.
Akhirnya Yana betul-betul terjun pada usaha Pisang Kipas Kuantan, yang memang sebelum melakoni grosiran, bersama istrinya, Susi Hartiani, wanita berdarah Hindustan itu sudah mulai mengembangkan usaha pisang mertuanya, di Jalan Kuantan II Pekanbaru Riau di tahun 1991.
“Ya, dengan usaha pisang kipas ini saya berharap besar akan menjadi usaha alternatif untuk buah tangan dari Kota Pekanbaru,” kata Yana yang kini telah diminta sebagai pengurus KADIN di Pekanbaru, Riau.
Dari usaha Pisang Kipas ini sekarang Yana banyak dikenal berbagai pihak. Diminta mengisi seminar di berbagai instansi pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi. Dan di tahun 2002, dia mantapkan untuk menseriusi berdagang pisang kipas.
Pada 5 Mei 2007, gerai Pisang Kipas Kuantan II pindah ke gedung di Jalan Kuantan I. Kini Yana pun ikut membantu industri rumahan di sekitar gerai usahanya, dengan menampung kue-kue tradisional yang berkualitas.
“Ya saya tampung pembuat kue di sini dengan syarat berkualitas. Sehingga mereka terbantu. Dan mereka tidak keberatan dengan tetap memakai brand Pisang Kipas Kuantan II,” kata Yana yang mengaku memberi keuntungan penuh pada pembuat kue tadi.
Dengan label Pisang Kuantan II, puluhan karyawan bergabung di sini. Mulai pemasok pisang dari Painan Sumatera Barat dan Medan, hingga supir untuk delivery order.
“Jadi kalau dibilang Pisang Kipas khas murni Pekanbaru Riau ya tidak juga. Justru pisang terbaik itu dari Painan,” tambah Yana.
Kini Yana juga mengembangkan usahanya hingga Pulau Jawa. Dia telah membuka cabang di Tangerang, Banten. Dia meyakini, peluang itu terbuka lebar. Sebab permintaan dari luar daerah maupun provinsi ternyata banyak berdatangan. “Ya, sampai-sampai saya tak bisa matikan handphone 24 jam,”aku Yana.
Untuk menjaga kualitas, Yana men-drope bahan mentah pisang dari Pasaman, Sumatera Barat. Begitu juga dengan minyak nabati yang digunakan.
“Jadi, saya bikin profesional. Otomatis orang akan kembali berkunjung ke mari. Soal minyak, saya ke tukang minyak olahan langsung. Kemudian saya sudah mencoba berbagai macam minyak nabati. Ternyata minyak nabati sawit Fresh Well dari Sinar Mas kualitas yang terbaik. Karena jika dipanaskan hingga suhu 250’C ternyata tidak gosong. Dan lemaknya 0%. Memang untuk produk kue-kue itu minyak nabati dari kelapa lebih cocok. Tapi untuk produk yang harus digoreng panas, maka minyak nabati dari sawit justru lebih baik,” yakin Yana.
Pemakaian minyak nabati sawit ini, kata Yana, sudah 4 sampai dengan 5 tahun dia lakukan. Jauh lebih baik dari produk sekelas lainnya.
“Tahun 1991 saya memilih minyak goreng dua merk terkenal, tapi masih ada kandungan lemaknya. Sejak dengan Fresh Well hasil kita maksimal, lebih garing, lebih enak dari yang sebelumnya. Maka kini kebutuhan minyak kita per bulan hingga 250 karton. Dan produk yang kita hasilkan rata-rata per hari hingga 6000 kg,” tandas Yana. mjp