Dihadiri Ketum Aspekpir dan Ketum Gapki serta Stockholder

Aspekpir Kembali Gelar Forum Bisnis Kemitraan Sawit di Riau

Aspekpir Kembali Gelar Forum Bisnis Kemitraan Sawit di Riau

PEKANBARU - Setelah sukses digelar di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia kembali gelar  Bisnis Forum Kemitraan Sawit 2025 di Provinsi Riau. Kegiatan yang didukung oleh IAS Analysis, BSI dan Bionusa tersebut digelar di The Zuri Pekanbaru Hotel, Rabu (27/8).

Kegiatan kali ini dihadiri langsung sejumlah tokoh di sektor perkebunan kelapa sawit. Seperti Ketua Umum Aspekpir Setiyono, Ketua Umum Gapki, Eddy Martono bersama tim Gapki Riau, Lichwan Hartono, Rusman Heriawan Ketua Dewan Pengawas Aspekpir, Bambang Budi Santoso SEVP Business Support PTPN IV Regional III Riau, dan Perwakilan Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Sementara sejumlah petani sawit yang merupakan mitra dari berbagai perusahaan yang ada di Riau.

Ketua Dewan Pengawas Aspekpir, Rusman Heriawan menjelaskan gelaran Business Forum Kemitraan Sawit ini tidak hanya membahas aspek bisnis saja, tetapi juga mencakup inovasi dalam budidaya serta pasca panen kelapa sawit.

"Kegiatan ini akan menampilkan berbagai teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Ini merupakan bentuk komitmen kita bersama untuk memastikan bahwa pengembangan kelapa sawit tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berkelanjutan secara lingkungan," tuturnya.

Kata Rusman kemitraan antara Aspekpir dan perusahaan menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong kemajuan sektor sawit nasional. Saat ini, Aspekpir  menaungi sekitar 800 ribu hektare lahan sawit, dari total 16 juta hektare perkebunan sawit di Indonesia.

"Kelapa sawit terbukti menjadi komoditas yang paling cepat dalam mengentaskan kemiskinan. Diberbagai daerah, peningkatan kesejahteraan petani sawit berkontribusi pada penurunan angka kemiskinan, bahkan secara nasional.

Menatap tahun 2045, Indonesia menargetkan produksi kelapa sawit mencapai 100 juta ton. Saat ini, produksi kita masih berada di angka 50 juta ton. Artinya, dibutuhkan peningkatan produksi dua kali lipat, sementara ketersediaan lahan semakin terbatas.

"Peluang besar yang bisa kita ambil adalah melalui peningkatan produktivitas. Namun, ini menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi para petani swadaya, yang masih menghadapi keterbatasan dalam hal akses teknologi, pembiayaan, dan kapasitas sumber daya manusia," terangnya.

Sementara Ketua Umum Gapki, Eddy Martono mengungkapkan bahwa gelaran Bisnis Forum Kemitraan Sawit 2025 merupakan kegiatan yang penting untuk mendorong peningkatan produktifitas perkebunan kelapa sawit melalui jalur kemitraan.

"Petani PIR memiliki peran yang cukup penting, termasuk juga Aspekpir yang menaungi para petani plasma tersebut. Kegiatan ini juga langkah yang tepat di situasi produksi perkebunan yang masih stagnan," bebernya dalam gelaran tersebut.

Eddy mengungkapkan perkebunan sawit sangat luar biasa untuk Indonesia. Namun kata Eddy, masih banyak belum disadari oleh masyarakat yang terpapar kampanye negatif.

Kata Eddy, perkebunan kelapa sawit beberapa kali pernah menyelamatkan perekonomian Indonesia. Pertama saat kenaikan pajak yang terjadi pada tahun 1998. Kemudian pada tahun 2008 saat terjadi krisis di negara Amerika. Lalu pada tahun 2019 saat virus Covid-19 mewabah di Indonesia.

"Saat itu ekonomi ambruk, namun sektor perkebunan kelapa sawit justru menjadi penyelamat. Malah saat Covid-19, sektor perkebunan sawit torehkan devisa tertinggi, ini sangat luar biasa," jelasnya.

Eddy berharap industri kelapa sawit ini harus ditata dengan baik dan dijaga. Kendati begitu, Eddy mengaku prihatin lantaran ada 37 kementrian dan lembaga yang mengelola perkebunan kelapa sawit justru kalau dengan negara Malaysia yang hanya memiliki satu lembaga namun produksi kebun kelapa sawitnya lebih besar.

"Kita sudah sampaikan ke presiden, untuk hati-hati agar sejarah tidak berulang. Kita harus ingat, kita produsen terbesar di dunia tapi kita juga konsumen terbesar di dunia," singkatnya.

Kemudian Bambang Budi Santoso SEVP Business Support PTPN IV Regional III Riau mengaku langkah yang diambil oleh Aspekpir dengan menyelenggarakan gelaran ini selaras dengan programnya yakni memperkuat kemitraan di perkebunan sawit.

"Kita berharap kegiatan ini mendukung terbentuknya petani kelapa sawit yang sejahtera dengan kemitraan yang kuat dan menjadi pejuang devisa negara. Kita juga pastikan bahwa produksi industri sawit akan semakin baik lewat kemitraan," paparnya.

Sekretaris Dinas Perkebunan Riau, Supriadi berharap pertemuan ini dapat menghadirkan berbagai solusi untuk permasalahan yang ada di perkebunan sawit.

"Kegiatan ini layak untuk dapat kita lanjutkan untuk membina jalinan yang sudah ada. Ini kegiatan yang dapat memperkuat kemitraan kita," terangnya

Kata pria yang akrab disapa Ucup itu mengatakan bahwa masa depan Riau adalah perkebunan, termasuk perkebunan sawit yang memegang peran penting.

Kendati begitu, sektor perkebunan sawit dihadapkan dengan permasalahan dari hulu ke hilir. Permasalahan terbesar adalah kawasan hutan. Lalu Maslah  perizinan yang perlu dibenahi hingga kampanye hitam kelapa sawit.

"Ini harus menjadi perhatian kita. Kita berharap muncul inovasi dan terobosan untuk penyelesaian Maslah lewat forum bisnis ini," tuturnya sembari membuka kegiatan tersebut.

Kegiatan ini didukung, Sementara oleh AIS Analysis Ltd. Ini perusahaan penyedia teknologi pengukur rendemen kelapa sawit termutakhir saat ini dan memberikan hasil analisa yang presisi produk kelapa sawit hanya dalam waktu dua menit.

Kemudian PT Bio Sarana Indonesia atau BSI merupakan perusahaan yang fokus pada pengembangan dan produksi pestisida nabati, pupuk organik, feromon dan produk-produk alami inovatif berkualitas tinggi, salah satunya adalah atraktan kumbang penyerbuk elaeidobius utama Indonesia.

Lalu juga PT Bio Industri Nusantara atau Bionusa, yang merupakan Anak Perusahaan PTPN III Holding Perkebunan Kategori Non-PTPN yang mengoperasikan pabrik untuk  pengolahan Biofungisida Marfu-P, Pupuk Hayati EMAS, Pupuk Organik Kompota, Biobus, Bioriz, Bioagrodeco, dan Pupuk Cair Biocomp, Kapasitas terpasang Pabrik mencapai 50 ton per hari.(lin)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index