JAMBI - Sudah jadi pengetahuan umum bahwa sebagian Suku Anak Dalam (SAD) telah keluar dari hutan untuk mulai bercocok tanam atau melakukan budidaya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri mengingat pola hidup SAD yang berpindah dan bergantung pada hasil hutan. Anak usaha Grup Astra Agro Lestari, PT Sari Aditya Loka (SAL) mencoba membantu dengan memberikan pengetahuan mengenai budidaya bagi mereka yang menginginkan.
Perusahaan menyediakan Agriculture Learning Centre (ALC) bernama Suluh Rimbo untuk masyarakat Suku Anak Dalam yang berada di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Kelompok SAD yang dikepalai Tumenggung Grip merupakan salah satu komunitas di Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) yang memanfaatkan ALC.
Sebagai informasi, warga SAD menanam sereh wangi di kebun Suluh Rimbo sebanyak 500 batang per rumpun. Di area tapak keluarga di TNBD menanam 200 batang per rumpun. Adapun lahan Suluh Rimbo hanya diperuntukkan untuk edukasi ketahanan pangan warga SAD, sedangkan zona tapak keluarga pemanfaatannya diserahkan TNBD ke warga SAD.
“Suluh Rimbo menjadi solusi alternatif bagi kami dalam pengembangan ekonomi masyarakat SAD yang melibatkan banyak pihak. Tentunya, dalam setiap pengelolaan kebun tersebut melibatkan langsung masyarakat kami,” jelasnya pada Selasa (19/11/2024).
Grip menuturkan sejak 2023 warga SAD dari kelompoknya mulai menanam sereh wangi. Menurutnya Suku Anak Dalam mau menanam sereh wangi di lahan taman nasional sebagai obat penangkal nyamuk, serangga, dan beruk yang mengganggu tanaman pangan mereka.
Adapun sisa panen akan warga SAD jual ke Berkah Sereh Wangi (BSW) binaan pak Hendri Sumasto di Desa Pematang Kabau. PT SAL mendorong pemasaran produk olahan serai wangi oleh BSW seperti sabun cuci piring, minyak gosok, dan pewangi lantai agar menciptakan rantai pasok bagi UMKM dan warga SAD.
Hasil penjualan ada yang diberikan secara tunai atau dalam bentuk bantuan rutin ke warga SAD dalam upaya Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS).
Tumenggung Grip menambahkan bahwa kelompoknya tetap menjalani ritual adat melangun sekalipun telah memiliki kebun. Melangun atau mengembara dilakukan saat ada kelompok atau keluarga yang mengalami kemalangan atau kedukaan.
Sementara itu, anak usaha Grup Astra Agro Lestari tersebut berupaya mendorong peningkatan ekonomi masyarakat Desa Pematang Kabau dan warga Suku Anak Dalam dalam pengembangan budidaya sereh dan produk turunannya. Upaya ini difokuskan pada UMKM BSW dengan anggota sebanyak 24 orang, dan warga SAD yang tergabung dalam kelompok tani Rimba Tani sebanyak 12 orang.
Asisten CSR PT SAL Slamet Riyadi menambahkan program budidaya yang melibatkan warga SAD dan UMKM di sekitar kebun adalah implementasi yang sesuai dengan prinsip Sustainable Development Goals nomor 1 yakni mengakhiri kemiskinan dan nomor 8 yakni meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dan pekerjaan yang layak untuk semua.
“Dengan terciptanya peningkatan yang lebih baik maka dapat menjadi satu kunci terciptanya kesejahteraan masyarakat yang lebih utuh dan berkelanjutan. Program ini juga sejalan dengan Astra 2030 Sustainability Aspirations melalui program Public Contribution,” pungkasnya.(*)