Ekonomi

Tutup Pekan, Rupiah Menguat ke Rp13.693 per Dolar AS

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di Rp13.693 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (14/2/2020) sore. Posisi tersebut menguat tipis sebesar 0,01 persen dibandingkan nilai pada penutupan perdagangan pada Kamis (13/2/2020).

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.707 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi Kamis (13/2/2020), yakni Rp13.679 per dolar AS.

Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, lira Turki melemah 0,31 persen, yuan China 0,07 persen, baht Thailand sebesar 0,05 persen, dan rupee India melemah 0,03 persen.

Selanjutnya, won Korea melemah tipis 0,02 persen, diikuti dolar Singapura dan dolar Taiwan yang sama-sama melemah 0,01 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain, penguatan terjadi pada ringgit Malaysia sebesar 0,05 persen, peso Filipina sebesar 0,03 persen, serta yen Jepang yang menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.

Kemudian di negara maju, nilai tukar bergerak menguat terhadap dolar AS. Terpantau, dolar Australia dan dolar Kanada sama-sama menguat dengan nilai sebesar 0,09 persen. Sementara, poundsterling Inggris terpantau melemah 0,04 persen, dan euro berada di posisi stagnan terhadap dolar AS.

Kendati menguat tipis, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai penguatan rupiah tidak akan bertahan lama.

Nafan menyebut rupiah kemungkinan akan kembali melemah akibat sentimen negatif dari perkembangan virus Corona yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan.

"Isu penyebaran COVID-19 secara agresif merupakan isu yang paling krusial karena menyebabkan dampak sistemik bagi market," kata Nafan, Jumat (14/2/2020).

Terlebih, penyebaran COVID-19 tersebut juga pernah disinggung oleh Gubernur The Fed Jerome Powell. Ia menyebut virus yang berasal dari Kota Wuhan, China itu merupakan ancaman besar yang berpotensi menghambat kinerja pertumbuhan ekonomi global.

"Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pelemahan baik pada IHSG maupun rupiah," ungkap Nafan. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar