Ekonomi

Harga CPO Bangkit, Saham Sawit Kembali Bergairah

Ilustrasi CPO. (Int)

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (CPO) kembali merangkak naik karena ditopang isu produksi yang menurun yang memicu kenaikan harga minyak nabati selain CPO.

Pada Selasa (4/2/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) menguat 1,3 persen ke level RM 2.647/ton. Kemarin, harga CPO ditutup di harga RM 2.613/ton.

Hal ini turut berimbas pada pergerakan indeks sektor agrikultur di bursa pada sesi I yang menguat 0,28 persen di bursa. Dari 11 emiten CPO yang sahamnya aktif diperdagangkan di bursa, sebanyak 6 saham mengalami penguatan. Hanya tiga saham yang melemah dan dua sisanya diperdagangkan stagnan.

Penguatan tertinggi dialami oleh saham Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) yang menguat 5 poin atau 5,62 persen pada harga Rp 94/unit sahamnya. Sedangkan saham CPO yang paling melemah ialah PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang mengalami pelemahan 40 poin atau 1,67 persen ke level Rp2.360/saham.

Ada beberapa sentimen yang turut mengerek naik harga CPO. Pertama adalah isu penurunan output yang membuat harga CPO tetap kuat. "Produksi diprediksi akan turun di rentang 4 persen hingga 17 persen bahkan sampai 22 persen," sebut trader yang berbasis di Kuala Lumpur.

Kajian Refinitiv menunjukkan output minyak sawit untuk kuartal I 2020 akan lebih rendah akibat beberapa hal seperti faktor musiman, cuaca yang kering melanda Indonesia dan Malaysia hingga penggunaan pupuk yang lebih rendah.

Penurunan produksi ini dibarengi dengan penguatan pasar domestik. Pada 2020 Indonesia mulai mengimplementasikan program biodiesel B30 sementara Malaysia mulai dengan program B20.

Program B30 diperkirakan membutuhkan input minyak sawit hingga 8 juta ton, sementara untuk B20 membutuhkan input hingga 2 juta ton. Hal ini membuat harga CPO menjadi terdongkrak.

Sentimen kedua yang juga mendukung harga CPO untuk naik adalah kenaikan harga minyak nabati di berbagai bursa komoditas lainnya. Minyak sawit kontrak di bursa komoditas Dalian naik 2 persen, sementara harga kontrak minyak kedelai ditransaksikan naik 1,3 persen. Di bursa komoditas Chicago, harga minyak kedelai juga naik 0,8 persen.

Maklum minyak sawit merupakan minyak nabati yang memiliki berbagai macam produk substitusi sehingga berebut pangsa pasar. Jadi kala salah satu jenis minyak nabati ditransaksikan naik, maka berpotensi mengerek harga minyak nabati jenis lain. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar