Ekonomi

Musim Hujan Bikin Saham CPO Lunglai

Ilustrasi CPO. (Int)

JAKARTA - Musim hujan menjadi sentimen yang menekan prospek harga minyak sawit mentah (crude palm oil) pada awal 2020. Sejalan dengan itu, harga saham-saham emiten sawit mengalami koreksi.

Kontrak aktif CPO di Bursa Malaysia ditutup di level harga 3.042 ringgit per ton pada perdagangan Senin (6/1/2020). Level harga itu turun tipis dari penutupan 2019 yang tercatat 3.052 ringgit per ton.

Sepanjang tahun lalu, harga CPO telah melesat 36,8 persen ke dari posisi 2.231 ringgit per ton pada akhir 2018.

Pada perkembangan lain, indeks saham-saham agrikultur di Bursa Efek Indonesia terkoreksi 2,85 persen pada perdagangan awal pekan ini. Sepanjang tahun berjalan 2020, indeks Jakagri tercatat turun 4,79 persen.

Saham-saham yang menekan kinerja indeks Jakagri pada perdagangan kemarin, antara lain saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yang turun 4,26 persen menjadi Rp13.500, saham PT Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk. (LSIP) turun 4,53 persen menjadi Rp1.370, dan saham PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) turun 4 persen menjadi Rp2.400.

Analis PT Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengatakan koreksi utamanya disebabkan oleh faktor cuaca. Menurutnya, peralihan musim kering menjadi hujan membuat laju saham tertahan.

Sebagaimana diketahui, musim kering berkepanjangan menyebabkan stok CPO berkurang di pasar global.

“Sekarang sudah musim hujan berarti tidak terjadi kekeringan pada sektor perkebunan yang menjadi pemberat,” katanya.

Kendati demikian, Nafan merekomendasikan beli untuk AALI dan LSIP sebagai pilihan utamanya.

“Target harga jual AALI di Rp13.400 sudah tercapai. Namun, pergerakan harga saham telah menguji garis MA10 sehingga peluang terjadinya penguatan terbuka lebar,” katanya.

Dia menargetkan harga saham AALI di level Rp13.725-Rp14.775 per saham. Sementara LSIP dia menargetkan harga saham Rp1.350-Rp1.385 per saham.

Adapun sentimen negatif selain hujan yang bisa menjadi pemberat ialah cuaca ekstrem, kebijakan proteksionisme seperti Uni Eropa dan Perang Dagang.

“Meningkatnya suplai ke pasar pun bisa menjadi sentimen negatif dan umur tanaman yang ikut mengurangi produktivitas,” katanya. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar