Ekonomi

Stok CPO Malaysia Turun ke Level Terendah

Ilustrasi CPO. (Int)

KUALA LUMPUR - Persediaan minyak kelapa sawit (CPO) Malaysia turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir pada November. Penyebabnya, penurunan musiman dalam produksi membatasi hasil produsen terbesar CPO kedua di dunia itu.

Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), Selasa (10/12/2019), mengatakan, stok CPO negeri jiran bulan lalu turun 4,1 persen menjadi 2,26 juta ton dari bulan sebelumnya. Sementara survei Reuters memperkirakan cadangan minyak sawit Malayasia turun lebih dalam 5,7 persen jadi 2,22 juta ton.

"Data MPOB menunjukkan stok akhir yang lebih tinggi dari kebanyakan proyeksi," kata seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur sembari menambahkan, cadangan yang melimpah akan menyebabkan tekanan terhadap harga CPO. 

MPOB menyebutkan, penjualan CPO Malaysia selama November merosot 14,4 persen menjadi 1,5 juta ton dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedang ekspor minyak sawit negeri Jiran melorot 14,6 persen jadi 1,4 juta ton. 

Untuk produksi di Desember, MPOB memperkirakan, turun 10,4 persen dari Oktober menjadi 1,61 juta ton. Begitu juga dengan ekspor yang melanjutkan penurunan sebesar 5,2 persen jadi 1,56 juta ton. 

Tapi, menurut Marcello Cultrera, Manajer Penjualan Phillip Futures di Kuala Lumpur, bursa komoditas adalah kejutan utama, dengan inventaris di atas semua survei dan ekspektasi pasar. 

"Ini tampaknya cukup bearish, mengingat tingkat harga yang berlebihan," katanya.

Kontrak CPO untuk pengiriman Februari 2020 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange kehilangan 0,2 persen menjadi 2.895 ringgit di akhir sesi pagi hari ini. Kemarin, harga CPO naik ke level tertinggi sejak Februari 2017. 

Dan, penurunan lebih lanjut ekspor Malaysia bisa menambah tekanan pada harga CPO. Data AmSpec Agri Malaysia menunjukkan, ekspor CPO Malaysia selama 1-10 Desember sudah merosot 11,3 persen dari periode sama bulan lalu. 

Tetap saja, ada berita bullish dari Indonesia dengan rencana peningkatkan konsumsi biodiesel. Indonesia, produsen CPO terbesar di dunia, berencana mengimplementasikan program biodiesel dengan kandungan 40 persen (B40) pada 2021-2022 nanti. 

Mulai Januari 2020 nanti, ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu akan menggulirkan Program B30, yang mengirim harga CPO lebih tinggi karena kekhawatiran akan mengurangi ekspor minyak sawit. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar