Ekonomi

Indonesia dan Negara Produsen Lainnya Jaga Harga Karet

Perkebunan karet. (Int)

JAKARTA - Indonesia mendorong peningkatan kerja sama oleh Dewan Tripartite Karet Internasional (ITRC). Tujuannya untuk meningkatkan efektifitas penjagaan harga karet internasional. Pasalnya harga karet internasional terus menurun.

"Kita perlu menggandeng negara produsen karet lain," ujar Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Antonius Yudi Triantoro dalam siaran pers, Minggu (8/12/2019).

Asal tahu saja ITRC sebelumnya diisi tiga negara produsen karet. Antara lain Indonesia, Thailand, dan Malaysia sebagai salah satu negara produsen karet terbesar dunia.

Sementara terdapat negara lain yang juga menjadi negara produsen karet besar yaitu Vietnam. Antonius bilang selain menggandeng negara produsen lain di ASEAN, ITRC juga perlu bekerja sama dengan organisasi lain.

"Organisasi karet lainnya seperti The Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) untuk bersinergi dalam mengatasi berbagai masalah yang ada," terang Antonius.

Selain memperluas kerja sama, negara ITRC juga sepakat untuk menjaga pasokan karet. Terdapat berbagai skema yang digunakan oleh ITRC.

Pertama, skema pengelolaan pasokan sehingga tidak membuat kelebihan pasok. Kedua, skema pembatasan ekspor yang juga telah dilakukan tahun ini sebesar 240.000 ton selama April hingga Juli 2019 lalu.

Ketiga, skema promosi permintaan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan permintaan terhadap karet alam seperti untuk campuran aspal serta inovasi lainnya.

Penjagaan harga karet dinilai menjadi hal penting. Hal itu untuk menjamin kesejahteraan petani karet di Indonesia.

"Pertemuan ini membahas situasi pasar karet alam global dan menyusun upaya konkret dalam mengatasi persoalan rendahnya harga karet alam yang berdampak langsung bagi kesejahteraan petani karet," jelas Antonius terkait pertemuan ITRC tanggal 2 Desember 2019 hingga 5 Desember 2019 lalu. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar