Ekonomi

Harga Sawit Kembali Menghijau Empat Hari Berturut-turut

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) berakhir menghijau pada Rabu (9/10/2019), menyusul pelemahan ringgit dan indikasi penurunan produksi di Malaysia.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak kelapa sawit kontrak Desember 2019 di Bursa Derivatif Malaysia ditutup menguat 0,97 persen atau 21 poin ke posisi 2.196 ringgit per ton pada Rabu (9/10/2019), setelah dibuka naik 0,78 persen atau 17 poin ke posisi 2.192 ringgit per ton.

Harga minyak sawit pun melanjutkan penguatan empat hari berturut-turut sejak ditutup menguat 0,56 persen atau 12 poin di level 2.149 ringgit per ton pada Jumat (4/10/2019).

Mengutip Bloomberg, mata uang Malaysia turun di tengah meningkatnya ketegangan AS-China jelang pembicaraan perdagangan pekan ini. Data Bloomberg menunjukkan ringgit ditutup melemah 0,21 persen atau 0,0045 poin ke posisi 4,1965 per dolar AS.

Ringgit yang lebih lemah umumnya membuat ekspor CPO lebih murah, meningkatkan permintaan minyak sawit.

Sementara itu, Malaysian Palm Oil Association memperkirakan produksi minyak kelapa sawit hanya naik sekitar 0,6 persen pada September 2019, menjadi 1,83 juta ton.

Produksi di Malaysia Timur diperkirakan 6,7 persen lebih tinggi dari bulan lalu, sedangkan hasil di Semenanjung Malaysia diperkirakan turun 2,7 persen. Angka itu di bawah survei Bloomberg yang menunjukkan produksi Malaysia naik 4,4 persen menjadi 1,90 juta ton, tertinggi sejak Oktober tahun lalu.

Pasar kelapa sawit juga dibantu oleh kenaikan harga kedelai AS dan minyak kedelai karena kekhawatiran tentang cuaca. Hujan salju besar diperkirakan akan menyapu Pegunungan Rocky, AS, akhir pekan ini.

Hingga Rabu (9/10/2019) pukul 17.51 WIB kemarin, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) menguat 0,44 persen atau 0,13 poin ke posisi US$29,95 per gantang.

Kepala strategi perdagangan dan lindung nilai di Kaleesuwari Intercontinental, Gnanasekar Thiagarajan mengatakan kelapa sawit terangkat oleh kenaikan minyak kedelai karena kekhawatiran cuaca.

“Beberapa tanaman tersebut di AS mungkin rusak oleh badai salju, sehingga dapat menunda panen di beberapa daerah,” ucapnya. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar