Naik 3,1 Persen di Kuartal III

Harga CPO Dibayangi Sentimen Perang Dagang

Ilustrasi CPO. (Int)

JAKARTA - Sepanjang kuartal III-2019, harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mengalami fluktuatif dengan cenderung naik. Pada periode 28 Juni 2019-30 September 2019, kenaikan harga CPO untuk kontrak bulan Desember 2019 mencapai 3,1 persen sehingga berada di level RM 2.135 per metrik ton. 

Masalah perang dagang AS-China dan kampanye hitam dari negara-negara Uni Eropa masih menjadi faktor utama yang menyebabkan harga CPO fluktuatif. 

Kenaikan tertinggi harga CPO di kuartal III-2019 terjadi pada bulan Agustus dengan berada di level RM 2.259 per metrik ton pada 30 Agustus 2019. Pada bulan Juli, CPO juga naik ke level RM 2.135 per metrik ton pada 31 Juli 2019. 

Penurunan di kuartal III-2019 hanya terjadi pada akhir bulan September yang kembali ke level sama seperti di akhir bulan Juli 2019. 

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim berpendapat, kenaikan harga CPO di awal kuartal III-2019 terjadi karena ada sentimen dari domestik dan global. Ibrahim bilang salah satu sentimen domestik datang dari beberapa pernyataan presiden Jokowi. 

Pernyataan tersebut terkait rencana pemerintah untuk meningkatkan produk B20, B30, B50, dan bahan bakar avtur. “Ini membantu meningkatkan harga CPO dari sisi politik,” ujar Ibrahim. 

Dari isu global, Ibrahim bilang harga CPO naik di periode Juli-Agustus dikarenakan China memberi pernyataan akan menghentikan impor kedelai dari Amerika Serikat (AS). Hal itu menyebabkan China mengganti penggunaan kedelai menjadi CPO dan mengakibatkan permintaan CPO meningkat. 

“China mengalihkan penggunaan kacang kedelai ke CPO karena harga CPO lebih murah,” ujar Ibrahim. 

Hanya saja, kenaikan tersebut tidak berlanjut hingga akhir kuartal III-2019. Ibrahim menilai menjelang akhir bulan September, permintaan CPO kembali turun. 

Ia bilang China kembali memberikan sinyal akan melakukan pembelian kembali produk komoditas AS termasuk kacang kedelai. Hal ini menyebabkan permintaan yang pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan kembali turun. 

“Sentimen perang dagang ini memang membuat harga CPO fluktuatif,” ujar Ibrahim. 

Selain itu, Ibrahim juga bilang bahwa kampanye hitam yang dilakukan oleh negara-negara Eropa kembali mencuat kembali di akhir kuartal III-2019. Alasan ini menyebabkan harga CPO terkoreksi dari bulan sebelumnya. Ibrahim berpendapat satu-satunya cara untuk melawan kampanye hitam tersebut ialah adanya produk B20, B30, B50 dan avtur. 

Hanya saja, untuk B30 dan B50 kemungkinan bakal terjadi setelah presiden Jokowi dilantik kembali untuk periode keduanya. Hal ini dinilai akan menahan koreksi CPO lebih dalam lagi. 

Meskipun produk B30 dan B50 ini bisa menjadi sentimen positif bagi CPO di kuartal IV-2019, Ibrahim pesimistis harga CPO akan mengalami kenaikan. 

Menurutnya, harga CPO masih akan tetap terkoreksi setidaknya pada bulan Oktober-November 2019. Alasannya, kampanye hitam didengungkan oleh negara Eropa masih menjadi pemicu pelemahan. 

Selain itu, Ibrahim juga menilai pembelian kacang kedelai AS oleh China akan dilakukan secara besaran-besaran oleh China sehingga menurunkan permintaan CPO. Walaupun masih dalam tren penurunan, Ibrahim optimistis harga CPO akan kembali bangkit menjelang akhir tahun. Ia menilai harga CPO hingga akhir tahun bisa mencapai RM 2.300 per metrik ton. Hal ini bersamaan dengan perayaan natal dan tahun baru. 

“Biasanya di akhir tahun permintaan CPO akan meningkat karena adanya musim dingin dan perayaan besar seperti natal dan tahun baru,” pungkas Ibrahim. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar