PT EDI Ajak Guru Ciptakan Lingkungan Belajar yang Bahagia

Kamis, 20 November 2025 | 07:17:47 WIB

ROHUL - “Luar biasa”, Itu kesan pertama Mawaddah, Kepala SMP Swasta Eka Dura Lestari, usai mengikuti webinar bertema Psikologi Positif Mengajar pada Jumat siang, 14 November 2025. Baginya, materi yang disampaikan membuka cara pandang baru tentang bagaimana guru bisa menciptakan suasana kelas yang lebih bahagia, adaptif, sekaligus berprestasi.

Di balik layar virtual, ratusan guru dari Aceh hingga Sulawesi tampak serius mengikuti uraian Intan Nurcahayani, M.Psi, pemateri yang siang itu mengajak para pendidik melihat kembali akar persoalan di sekolah, mulai dari perundungan, murungnya siswa, hingga tekanan akademik yang sering membuat anak kehilangan semangat belajar. Bagi Master Psikologi yang juga bagian dari tim Sustainability Astra Agro itu, kunci dari semuanya kembali pada satu hal, yakni bagaimana siswa dipahami dan dikuatkan.

Astra Agro Lestari menaungi 60 sekolah di berbagai daerah, meliputi 37 TK, 13 SD, dan 10 SMP. Ada sekitar 473 guru yang setiap hari menjadi garda terdepan tumbuh kembang anak-anak. Karena itu, webinar nasional ini dipandang sebagai ruang belajar bersama. Sebuah kesempatan bagi guru-guru naungan Astra Agro Lestari untuk mengupgrade diri secara kolektif.

Asisten CSR PT Eka Dura Indonesia (EDI), Imam Taufiq, menyebut kegiatan ini sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan perusahaan kelapa sawit grup Astra Agro di bidang pendidikan.

“Sekolah naungan Astra Agro terus berinovasi. Kami memberikan ruang bagi seluruh guru dari Aceh sampai Sulawesi untuk mengupgrade ilmu dan diri. Manajemen sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini,” ujar Imam.

Dalam sesi utama, Intan mengenalkan kerangka PERMA: Positive Emotion, Engagement, Relationship, Meaning, Achievement. Sebuah pendekatan psikologi positif yang mendorong guru menciptakan lingkungan belajar yang aman dan memberdayakan.

Materi itu tidak hanya menekankan pentingnya memberikan umpan balik positif, tetapi juga mengajak guru mengganti fokus dari “hasil belajar” menjadi “usaha” yang dilakukan siswa. Pujian berbasis usaha, bukan kecerdasan alamiah dinilai mampu membentuk karakter anak yang gigih, tangguh, dan percaya diri.

Bagi Mawaddah, pendekatan ini terasa begitu relevan. “Ilmu yang diberikan sangat membuka wawasan, terutama untuk membangun kelas yang bahagia dan resilien,” ungkapnya.

Mewakili guru-guru SMP Swasta Eka Dura Lestari PT EDI, Ragusli Puriawan berharap praktik Psikologi Positif dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan siswa, memperbaiki perilaku, dan meningkatkan motivasi belajar.

“Kami berharap mental dan stabilitas emosional peserta didik meningkat, begitu juga motivasi dan keterlibatan sosial mereka,” jelasnya.

Webinar yang berlangsung selama 90 menit itu mungkin telah berakhir, tetapi semangat baru para guru tampak terus bergaung. Jika kelas yang bahagia memang memungkinkan, maka perubahan itu tampaknya sedang dimulai, melalui para guru yang hari ini memilih untuk kembali belajar.(rls)

Terkini