Biodiesel Indonesia Kena Tarif Eropa

Analis Merekomendasikan Beli Saham Emiten CPO

Ilustrasi Biodiesel. (Int)

JAKARTA - Uni Eropa menerapkan tarif terhadap impor biodiesel Indonesia sebesar 8 persen-18 persen mulai Rabu (14/8/2019). Tarif ini berlaku untuk empat bulan ke depan dan dapat diperpanjang selama lima tahun. 

Tarif ini dikenakan untuk mengantisipasi adanya dugaan perlawanan dari pemerintah Indonesia terhadap kampanye anti sawit yang dilancarkan Eropa. Sebelumnya, Uni Eropa menyelidiki klaim yang dilayangkan industri biodiesel Eropa terhadap Indonesia.

Industri biodiesel Uni Eropa mengklaim pemerintah Indonesia memberikan bantuan perdagangan yang menyimpang kepada produsen minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), yaitu PT Ciliandra Perkasa, PT Wilmar Bioenergi Indonesia dan PT Musim Mas.

Tarif pendahuluan yang berlaku adalah 8 persen untuk PT Ciliandra Perkasa dan 15,7 persen untuk Grup Wilmar. Selanjutnya, tarif sebesar 16,3 persen dikenakan ke Grup Musim Mas dan 18 persen untuk Grup Permata dan eksportir biodiesel Indonesia lainnya.

Meskipun begitu, menurut Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony, tarif biodiesel yang dikenakan oleh Uni Eropa tidak berpengaruh signifikan. Alasannya, isu ini sudah mulai terdengar sejak Juli lalu dan penerapannya juga dilakukan secara bertahap. 

"Jadi seharusnya dengan adanya isu yang dihembuskan kembali tidak berpengaruh secara signifikan dibandingkan dengan sentimen kenaikan ekspor CPO ke China baru-baru ini,” ucap dia.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor CPO dari Indonesia ke China pada paruh pertama tahun ini naik 39 persen year on year menjadi 2,54 juta ton. Kenaikan permintaan CPO dari China ini merupakan salah datu dampak perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS). Gara-gara perang dagang, China memutuskan mengurangi pembelian kedelai secara signifikan dan menggantikan beberapa kebutuhan dengan minyak sawit.

Oleh karena itu, Chris melihat peluang lanjutan kenaikan saham-saham CPO karena perang dagang membawa optimisme bahwa harga CPO dapat naik kembali. Hal ini terlihat dari pergerakan saham-saham CPO yang meningkat cukup signifikan. 

"Ditambah lagi saham-saham CPO ini sudah turun cukup dalam beberapa tahun ini sehingga penurunannya lebih terbatas dibandingkan kenaikannya,” kata Chris.

Ia merekomendasikan investor sudah bisa mulai beli saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga hingga akhir tahun Rp1.400 per saham. Ia juga menyarankan investor untuk beli saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp13.500 dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dengan target harga Rp400. Alasannya, ketiga emiten ini adalah pemimpin pasar dalam industri CPO dan masih memiliki fundamental yang bagus. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar