Industri

Austindo Alokasikan Belanja Modal Rp809 Miliar di 2019

JAKARTA- Upaya untuk menyelesaikan pembangunan pabrik kelapa sawit dan infrastruktur di Papua Barat dan menyelesaikan pabrik pembekuan edamame di Jember, Jawa Timur serta melanjutkan program peremajaan di Kebun Belitung dan Binanga, Padang Lawas, Sumatra Utara.

Dalam tahun ini, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini sebesar US$ 57 juta atau sekitar Rp 809 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$) yang akan digunakan untuk ekspansi bisnis perusahaan.

Dalam dokumen paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen ANJT mengasumsikan besaran dana capex tersebut setara dengan Rp 850 miliar, atau dengan memakai asumsi kurs Rp 14.900/US$.

"Anggaran belanja modal 2019 sebesar US$ 57 juta atau Rp 850 miliar. Sumber pendanaan berasal dari arus kas dari kegiatan operasi, dana sendiri, utang bank dan pendanaan lainnya," tulis manajemen dalam dokumen ini, Jumat, 10 Mei 2019.

Tak hanya itu, manajemen akan mengoptimalkan manajemen kebun dan pabrik guna mencapai hasil panen dan ekstraksi minyak yang optimum, dan peningkatan secara bertahap untuk produksi dan kualitas tepung sagu dari pabrik pengolahan sagu di Papua Barat.

Sebagai perbandingan, tahun 2018, ANJT menganggarkan capex lebih tinggi yakni sebesar Rp 1,2 triliun.

Dalam laporan kinerja kuartal I-2019 di BEI, dikutip dari CNBCIndonesia, perseroan melaporkan total produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 148.796 metrik ton (mt), hampir sama dengan 149.404 mt pada periode yang sama tahun 2018.

"Perkebunan kami Pulau Belitung dan perkebunan kami di Kalimantan Barat yang baru menghasilkan terus melanjutkan tren positifnya dalam produksi TBS. Kenaikan produksi TBS dari kedua perkebunan tersebut menggantikan dampak penurunan produksi sebesar 35,5% di perkebunan Sumatera Utara," kata manajemen dalam laporan tersebut.

Pada periode tersebut, ANJT juga mencatat kenaikan volume penjualan minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil) sebesar 18,4% menjadi 50.700 mt dari kuartal 1-2018 sebesar 42.833 mt.

Sayangnya, selama 3 bulan pertama ini, harga CPO terus turun dan menyebabkan Harga Jual Rata-rata (HJR) CPO turun 19,4% menjadi US$ 468/mt dari sebelumnya US$ 581/mt.

ANJT pun mencatatkan pendapatan sebesar US$ 27,6 juta (sekitar Rp 392 miliar), turun 11,0% dari sebelumnya, terutama disebabkan penurunan harga jual rata-rata CPO dan inti sawit atau palm kernel (PK), serta turunnya volume penjualan PK.

Kondisi ini membuat perseroan mencatat rugi bersih pada kuartal I-2019 sebesar US$ 5,9 juta dibandingkan dengan rugi bersih sebesar US$ 1,7 juta pada Q1-2018.

Pada perdagangan sesi 2 Jumat ini, harga saham ANJT minus 0,54% di level Rp 915/saham dan secara tahun berjalan (year to date) minus 20,43%.(rdh)
 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar