Regulasi

Diskusi Tentang Sawit, KBRI Bern Libatkan Sejumlah Pihak

JAKARTA- Bekerjasama dengan ETH Zurich dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia cabang Jakarta, KBRI Bern menyelenggarakan forum diskusi membahas isu kelapa sawit. Diskusi digelar untuk lebih memahami permasalahan yang dihadapi industri kelapa sawit bagi masyarakat Swiss dan masa depan produk sawit. 

Hadir dalam diskusi ini, sekitar 80 undangan dari Swiss baik dari kalangan akademisi, industri yang berkaitan dengan sawit, LSM bidang sawit, badan sawit berkelanjutan atau RSPO,  Kamar Dagang Swiss, Kedutaan Besar negara penghasil sawit seperti Malaysia, Kamerun dan Kolumbia serta sejumlah wakil lembaga pemerintah Swiss.

Kegiatan ini diadakan di kampus ETH Zurich Selasa 23 April 2019. ETH Zurich adalah salah satu perguruan tinggi terkemuka dan tertua di Swiss.

Dari pihak Indonesia hadir puluhan anggota Ikatan Sarjana Ekonomi cabang Jakarta yang terdiri dari pimpinan sejumlah perusahaan, lembaga keuangan, serta akademisi dari IPB dan Universitas Prasetya Mulya.

Duta Besar RI Bern Muliaman Hadad menyatakan bahwa forum diskusi diadakan untuk menyamakan pandangan mengenai isu yang dihadapi dalam industri minyak sawit. 'Diharapkan tercipta peluang bekerja sama dalam membangun masa depan industri sawit yang berkelanjutan," ujar Muliaman.

Selanjutnya semua peserta terlibat dalam suatu permainan yang diciptakan mahasiswa ETH Zurich dalam proyek OPAL (Oil Palm Adaptive Landscape). Games menyangkut tantangan yang dihadapi para pemangku kepentingan sawit seperti pemerintah, perusahaan sawit, LSM serta petani sawit dalam pengembangan sawit yang berkelanjutan.

Dilaporkan Bisnis.com, permainan yang mirip monopoli ini dimainkan dengan antusias oleh para peserta. Dua pembicara dari ISEI yaitu Prof.Dr Bustanul Arifin dari ISEI dan Dr. Fadhil Hasan dari Asian Agri memaparkan tantangan dan potensi kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan.

Para pemeran dalam permainan menyampaikan sejumlah saran dan masukan agar pengembangan sawit di Indonesia yang berkelanjutan tidak hanya memenuhi harapan Pemerintah namun juga para pemangku kepentingan lain seperti pengusaha sawit, LSM, petani sawit dan lainnya.

Perhatian yang lebih besar diperlukan untuk membantu petani sawit terutama terkait dengan akses modal, akses pasar yang lebih mudah dan luas dan bantuan teknis agar dapat meningkatkan kualitas produksinya.

Permainan ini telah memberikan pemahaman mendalam mengenai isu yang dihadapi dan inisiatif yang harus diambil. Para peserta menyimpulkan bahwa menjadi petani kelapa sawit tidaklah mudah. Diskusi ini sangat bermanfaat untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi masing-masing pemangku kepentingan dalam industri sawit di tengah kampanye negatif sawit di luar negeri.

Topik kelapa sawit menjadi isu hangat setelah diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap penggunaan kelapa sawit, tepatnya setelah kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II Delegated Act disahkan parlemen Eropa.

"Swiss menjadi tempat ideal untuk membahas masa depan kelapa sawit mengingat Swiss bukan anggota Uni Eropa, dan memiliki pemikiran yang lebih terbuka terhadap isu ini," ujar Dubes Muliaman, seperti disampaikan dalam keterangan tertulis, diterima Minggu, 28 April 2019.

Para tamu juga disuguhi kopi dari Anomali Coffee dan Pipiltin Chocolate yang ikut dalam rombongan ISEI dalam kunjungan ke Swiss. Anomali Coffee mendapatkan tawaran dari pengusaha Swiss untuk menjadi agen penjualan produk mereka di Swiss.(rdh)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar