Regulasi

2018, Industri Sawit Indonesia Hadapi Masa Sulit

JAKARTA-Data Badan Pusat Statistik (BPS) pun menyebut, nilai ekspor CPO tahun 2018 sebesar USD 17,89 miliar, turun 12,02 persen dibandingkan capaian pada 2017 yang sebesar USD 20,34 miliar. Bahkan, pada September-Oktober tahun lalu misalnya, CPO harganya di bawah USD 500 per metrik ton.

Director of Sustainability and Stakeholder Relations Asian Agri Bernard A Riedo  menyikapi kondisi ini, mengakui kondisi yang terjadi di industri sawit belakangan ini yang memang sedang sulit.
Meski begitu, pihaknya mengaku tengah menyiapkan berbagai strategi guna mendorong industri sawit ke depan. Utamanya, soal optimalisasi sektor internal.

"Terlepas eksternal (perang dagang), kita tetap mempertahankan kualitas, produktivitas, terlepas dengan tren menurun. Dan terakhir adalah menekan cost agar bisa survive," katanya seperti dilaporkan Kumparan.com.

Bernard menjelaskan, saat ini perusahaan yang berdiri sejak 1979 itu tak hanya berfokus di supply chain yang berkelanjutan seperti kemitraan kelompok petani hingga implementasi teknologi mutakhir. Namun juga, bersiap mendukung pemerintah merambah pasar nontradisional untuk ekspor.

"Karena perang dagang dimungkinkan masih bisa berlanjut dan di luar kendali kita. Ada (lebarkan) penyerapan Pakistan, Bangladesh, peningkatan ada di Afrika, itu sudah sejalan bisnis forum di perdagangan," terangnya.

Terkait itu, Ia mengaku bakal menggiatkan kerja sama dengan pemerintah mengenai kerja sama (join investment) antar industri hingga pemerintahan dalam berbagai kesempatan ke luar negeri.

"Karena 70 persen CPO kita memang masih diekspor, sementara sekitar 30 persen yang diserap dalam negeri," imbuhnya.(*/rd)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar