Regulasi

BPS: Neraca Perdagangan Alami Defisit Terbesar Sejak 1975

pelabuhan kontainer Tanjung Perak Surabaya

JAKARTA— Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 mengalami defisit, yakni mencapai 8,57 miliar dolar AS, terbesar sejak 1975. Defisit neraca perdagangan makin bertambak karena pada Desember 2018 neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit sebesar 1,10 miliar dolar AS.

"Kalau kita lihat penyebabnya adalah lebih karena defisit migas yakni 12,4 miliar dolar AS. Sementara nonmigasnya kita masih surplus 4,8 miliar dolar AS," kata Kepala BPS Suharyanto di Jakarta, Selasa, 15 Januari 2019.

Jadi, lanjutnya, yang perlu menjadi perhatian utama adalah sektor migas, di mana impor hasil minyak mentah menyebabkan defisit 4,04 miliar dolar. "Sementara untuk gas, kita masih mengalami surplus sebesar 7,58 miliar dolar AS," tukas Suharyanto.

Suharyanto menyampaikan defisit neraca perdagangan tersebut termasuk yang terbesar jika dibandingkan dengan defisit yang pernah terjadi, yakni pada 2014 sebesar 2,20 miliar dolar AS, pada 2013 sebesar 4,08 miliar dolar AS dan pada 1975 sebesar 391 juta dolar AS.

Ia menambahkan selama 2018 perdagangan Indonesia dengan beberapa negara mengalami surplus, di antaranya dengan India surplus sebesar 8,76 miliar dolar AS, Amerika Serikat surplus hingga 8,56 miliar dolar AS dan Belanda surplus 2,6 miliar dolar AS.

Namun, perdagangan dengan sejumlah negara juga mengalami defisit, di antaranya perdagangan antara Indonesia dengan Tiongkok defisit 20,8 miliar dolar AS, Thailand defisit 5,1 miliar dolar AS dan Australia defisit 2,9 miliar dolar AS.Sebelumnya, Ekonom senior Faisal Basri mengungkapkan kinerja buruk neraca perdagangan sampai November 2018 menjadi sejarah baru bagi Indonesia.

"Tidak pernah terjadi defisit perdagangan US$ 7,5 miliar (periode Januari-November 2018). Ini sejarah baru," kata Faisal.

Faisal mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif dari Januari-November 2018 ini menandakan bahwa pemerintah masih gemar impor daripada ekspor.

Defisit neraca perdagangan yang terjadi sepanjang sebelas bulan di tahun ini juga menjadi hal serius yang perlu dibenahi oleh pemerintah. “Kita semakin terbata-bata di internasional dan domestik. Ini serius, 8 dalam 11 bulan kita defisit perdagangan,” ujar dia. (*/dry/Ant)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar