JAKARTA-Kebijakan China memangkas tarif impor produk bunga matahari dan canola hingga nol persen, dikuatirkan berdampak kepada sawit, menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus melobi China.

Dua komoditas, produk bunga matahari dan kanol ini adalah pesaing kelapa sawit Indonesia yang masuk ke China. Kebijakan ini baru diberlakukan mulai 1 Januari 2019.

"Kalau berdampak (ke sawit) tentu kita dorong Kementerian Perdagangan untuk lakukan lobi-lobi yang lebih intens (ke China). Ini kan kebijakan baru, jadi Kemendag perlu ambil langkah kalau (nantinya) pasar kita ke China yang sudah bagus jadi tertekan,” kata Mukti Sarjono, Direktur Eksekutif Gapki

Sebelumnya, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Departemen Perdagangan China memangkas tarif impor atas 700 komoditas. Termasuk di antaranya ada yang menjadi nol persen, seperti bunga matahari dan kanola. Kebijakan ini untuk membuat konsumen China mendapatkan produk dengan harga murah, dan membuka China bagi ekonomi global.

SCMP melaporkan, bunga matahari dan kanola menjadi bahan baku industri farmasi dan kosmetik di China.

Sementara itu Mukti mengaku, belum mengetahui berapa tarif impor dua produk nabati itu saat ini hingga diturunkan menjadi nol persen. "Kita tidak tahu, sebelumnya berapa persen hingga jadi di-nolkan itu. Tentunya kita liat dulu nanti pengaruhnya seperti apa. Kalau misalnya itu nol nya dari sebelumnya besar, tentu pengaruh besar juga," ujar mantan Sekretaris Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian itu.

Sepengetahuannya, impor bunga matahari dan kanola oleh China lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Selain itu, China juga mengimpor minyak kedelai.

"Jadi kalau dampak kebijakan ini ke ekspor sawit di 2019, kita belum bisa prediksi. Karena kan sekarang 2018 saja belum habis," tegasnya.(*/kpc/rd)