Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono dijadwalkan berbicara tentang perkembangan sektor kelapa sawit Indonesia dalam forum resmi di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York Amerika Serikat, 6 September 2017 pekan depan.
Selain tentang aspek ekonomi, Joko juga akan menjelaskan sikap dan posisi dunia usaha terkait isu-isu keberlanjutan di sektor pendulang devisa negara terbesar tersebut.
"Selain berbicara secara resmi di PBB, kami juga akan melakukan sejumlah informal meeting dengan para pemangku kepentingan selama kunjungan ke Amerika Serikat ini," kata Joko Supriyono dalam keterangan persnya, Senin (28/8).
Kehadiran GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) dalam pertemuan tingkat tinggi di PBB ini adalah atas undangan UNDP (Program Pembangunan PBB) yang menggagas diskusi tentang isu keberlanjutan di sejumlah sektor ekonomi di negara berkembang.
Selain GAPKI, UNDP juga mengundang perwakilan pemerintah Republik Indonesia dalam forum itu. Selain Indonesia, juga ada perwakilan pemerintah dan dunia usaha dari Brazil dan Liberia.
Joko mengatakan, dengan sumbangan devisa mencapai USD 18,5 miliar (sekitar Rp 240 triliun), kelapa sawit adalah sektor strategis Indonesia. Apalagi sektor kelapa sawit menyerap lebih dari 5 juta tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah-wilayah pinggiran.
"Kami setuju bahwa tata kelola perkebunan kelapa sawit harus berkelanjutan. Di sinilah kita duduk bersama di PBB ini, seperti apa keberlanjutan sektor kelapa sawit yang ingin kita capai bersama," kata Joko.
Terkait kebakaran lahan, Joko menegaskan, koordinasi sangat baik telah dilakukan oleh pemerintah dan dunia sepanjang tahun ini. Hasilnya, tidak ada lagi laporan adanya titik api dari dalam konsesi perusahaan.
"Dan bahkan, seluruh anggota GAPKI telah ikut membantu pemerintah memadamkan api di luar konsesi perusahaan," katanya.
Selama ini, negara-negara Uni Eropa dan Amerika menyoroti tata kelola perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Meskipun demikian, permintaan minyak sawit dari kedua wilayah ini terus meningkat. Pada semester I tahun 2017, ekspor ke Uni Eropa mencapai 2,7 juta ton atau meningkat 42% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,9 juta ton. jss