Lingkungan

Wah, Burung Garuda di Kota Tual Ini Menoleh ke Kiri

Pernah ‘Garuda menari’ disoal di Kota Mojokerto, Jawa Timur. Namun di Kota Tual yang terletak di Maluku Tenggara, justru Burung Garuda itu menoleh ke kiri. Ini berada di kiri jalan, sebagai pintu gerbang dari Pulau Dullah Selatan.

Bertandang ke Kota Tual memang akan membawa sensasi berbeda. Panas, ya. Tapi panorama pantainya sangatlah dahsyat. Ada pantai Pasir Panjang, yang tercatat sebagai satu-satunya pasir putih terputih dan terhalus di dunia.

Kekayaan laut, ikan, pasir putih dan pantai indah memang dipunyai kabupaten ini. Wilayahnya terbagi dalam pulau-pulau kecil. Ada 66 pulau yang tercatat, yang sebagian justru tidak berpenghuni.

Tapi kalau ingin membuktikan benar-tidaknya jumlah pulau sesuai yang tercatat itu, dijamin tidak bakalan ketemu. Di daerah ini, pulau itu bisa bertambah dan berkurang. Ya, pulau itu timbul dan tenggelam, berpindah tempat.

Coba simak luasan wilayah Kota Tual ini. Dari 19.088,29 Km² terdiri dari luas daratan 352,66 Km² (1,33 %) dan luas lautan 18.736 Km² (98,67%). Karena geografisnya itu, maka Kota Tual Kepulauan dinamai City of Small Islands. Dari sekian banyak pulau itu, hanya 13 pulau yang berpenghuni.

Terus bagaimana dengan Burung Garuda di Kota Tual ini?

Jika anda masuk Kota Tual dari Pulau Dullah Utara, sehabis jembatan, di sebelah kiri pintu masuk itu, maka akan terlihat patung burung garuda raksasa. Patung itu garang, dan sepintas seperti duplikat burung Garuda Pancasila.

Tapi perhatikan baik-baik. Burung itu memang burung garuda, namun itu bukan Garuda Pancasila. Sebab jika Garuda Pancasila kepalanya menghadap ke kanan, burung garuda di Kota Tual ini kepalanya menghadap ke kiri.

Dan lagi, garuda ini tidak digolongkan sebagai ‘burung’ di daerah ini, tapi masuk bangsa unggas. Dia lebih dekat dengan ayam, itik, bebek dan sejenisnya ketimbang pipit, kenari, perkutut atau lovebirds.

Mereka menyebutnya ‘manuk’ yang kalau di Jawa, manuk itu adalah burung. Di Kota Tual dan wilayah Maluku lainnya, manuk adalah unggas. Itu terukir dalam nama sebuah pulau di laut lepas perbatasan Maluku Tenggara dan Pulau Seram, yang saat Kerajaan Majapahit jaya, dipakai tanda untuk menuju ke Pulau Jawa. Djoko Su’ud Sukahar


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar